ANALISIS PESERTA DIDIK DAN KONTEKSTUAL(Terjemahan BAB 3 Designing Effective Instruction; MORRISON,2011) | MATEMATIKA

CARI

ANALISIS PESERTA DIDIK DAN KONTEKSTUAL(Terjemahan BAB 3 Designing Effective Instruction; MORRISON,2011)


“Mengapa memperhatikan karakteristik siswa ketika melakukan perencanaan merupakan hal yang penting?”

“Manakah karakteristik-karakteristik yang paling bermanfaat, dan bagaimana cara memperoleh informasi tentang karakteristik tersebut?”
“Dalam kelompok siswa khusus, karakteristik apakah yang sangat mempengaruhi perencanaan pengajaran?”

“ Apakah faktor lingkungan akan mempengaruhi arahan?”
 ANALISIS PESERTA DIDIK DAN KONTEKSTUAL
Andaikan, Anda tidak pernah mendengar tentang proses perencanaan pengajaran, dan Anda mulai memberikan kuliah pada pertemuan pertama. Anda telah bekerja keras untuk menyiapkan satuan pelajaran pendahuluan baru dengan tujuan agar siswa terkesan dengan pelajaran. Perkuliahan mencakup informasi rincian statistik dari hasil penelitian mutakhir dan penjelasan yang kompleks. Ketika kuliah sedang berlangsung, Anda merasakan adanya reaksi diantaranya: beberapa siswa mendengarkan dengan cermat dan membuat catatan dengan cepat; yang lain terlihat bingung; dan beberapa siswa tampak acuh tak acuh. Padahal, ini merupakan kesempatan langkah bagi mereka untuk memperoleh informasi penting itu. Apakah ada yang tidak sesuai? Dalam persiapan, mungkin, Anda telah sedikit mengabaikan sifat kelompok siswa, bakat dan tingkat kesiapan, tingkat motivasi, atau ciri lainnya yang berpengaruh terhadap ketertarikan dan keberhasilan siswa dalam pembelajaran.

Salah satu unsur penting dalam proses perancangan pengajaran yang telah disebutkan sebelumnya (Bab 1) adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan siswa dari sebuah program yang sedang dikembangkan.  Secara jelas, ukuran kesuksesan sebuah perencanaan pengajaran akan bergantung pada terlaksananya level pembelajaran oleh siswa-siswa yang terlibat. Populasi siswa, terdiri dari berbagai macam tipe siswa, dari level dasar hingga sekolah menengah dan perguruan tinggi dan di area pelatihan - industri, bisnis, kesehatan, pemerintahan atau militer. Oleh karena itu, pada awal perencanaan sangat penting memperhatikan karakteristik – karakteristik, kemampuan – kemampuan, dan pengalaman – pengalaman siswa, baik sebagai kelompok maupun sebagai individu-individu.

Setiap orang berbeda dalam berbagai hal, termasuk cara dimana mereka belajar. Beberapa perbedaan tersebut tampak dalam berbagai macam pengalaman yang diperlukan seseorang dalam belajar. Dan jika kompetensi suatu keterampilan yang ingin dicapai, perbedaan akan juga tampak pada jumlah waktu dan praktek yang seseorang perlukan. Untuk mengajar sebuah kelas akademik atau kelompok pelatihan, seorang perancang pengajaran harus memperoleh informasi tentang kemampuan, kebutuhan, dan minat siswa. Informasi ini pasti mempengaruhi elemen tertentu dalam perencanaan, seperti pembahasan suatu topik (dan tingkat dimana topik diajarkan), pemilihan dan urutan tujuan, kedalaman pemberian topik, dan variasi kegiatan pembelajaran.

Ketika mendesain sebuah rencana pengajaran, tentukan lebih awal tahap-tahap persiapan awal dimana karakteristik siswa atau peserta pelatihan akan mudah diidentifikasi. Kemudian tentukan bagaimana memperoleh informasi penting tersebut.

A.    TIPE DARI KARAKTER SISWA
Siswa memiliki banyak ciri yang berbeda. Dengan memperhatikan siswa, penting bagi guru yang mendesain pembelajaran mengeidentifikasi karakter siswa sedetail mungkin untuk menyelesaikan pembelajaran khusus yang objektiv. Terkait dengan hal tersebut, ketersediaan informasi tentang siswa merupakan faktor utama dalam merancang pembelajaran yang mempertimbangkan karakter siswa.
Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino (1999) disaran kepada perancang pembelajaran (guru) untuk mempertimbangkan 3(tiga) kategori karakter siswa yaitu: karakter umum, karakter khusus (pengetahuan prasyarat untuk arahan), dan gaya belajar.

1.      Karakter umum
Karakter umum mengidentifikasi variabel seperti: gender, usia, pengalaman, pendidikan dan lain-lain.

2.      Karakter khusus
Kompetensi khusus terdiri dari kemampuan prasyarat dan tingkah laku pelajar pada proses pembelajaran untuk mencapai hasil. Berdasarkan pengalaman, kita menganalisa kemampuan itu dengan 2(dua) tahap pada proses perencanaan. Langkah pendahuluan yaitu merencanakan arahan dan menentukan karakter siswa dengan sasaran khusus. Langkah berikutnya merencanakan penilaian dengan kompetensi khusus yang muncul dalam pembelajaran. Satu arahan yang direncanakan, sangat berguna dan penting termuat pada ujian yang dilaksanakan siswa.

3.      Gaya belajar
Gaya belajar merupakan ciri yang menunjukkan bagaimana seseorang melaksanakan tugas pembelajaran dan memproses informasi. Beberapa siswa menemukan cara belajar yang lebih baik dari yang lain.

Sebagai tambahan untuk ketiga kategori tersebut, kita akan mendiskripsikan 5(lima) kategori tambahan yaitu: informasi akademik, karakteristik sosial dan personal, siswa dengan budaya yang berbeda, siswa dengan ketidakmampuan, dan kedewasaan siswa.
1.    Informasi Akademik
Barangkali, rekaman akademik merupakan kategori informasi pribadi siswa yang paling mudah diperoleh dan paling sering digunakan. Rekaman ini meliputi:  
a.    Nilai sekolah (school grade) atau tingkat pelatihan yang pernah diikuti dan mata pelajaran utama yang telah dipelajari.
b.    Rata-rata nilai angka (point-grade average) atau nilai huruf (letter grades) studi akademik.
c.   Skor dari tes standar pencapaian kecerdasan (standardized achievement test of intelligence) dan keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan matematika.
d.  Kursus/pelatihan khusus atau lanjut yang telah diselesaikan yang berhubungan dengan studi utama  atau area pelatihan.

Sebagian besar informasi ini dapat diperoleh dari rekaman siswa pada arsip di kantor administrasi sekolah. Beberapa diantaranya tercantum dalam lamaran pekerjaan atau arsip pribadi (daftar riwayat hidup). Pertimbangan kerahasiaan dan etika perlu diingat ketika melihat rekaman siswa atau individu. Jika Anda memerlukan informasi khusus tentang siswa dan tidak tersedia, tes khusus dapat dilakukan dan diselenggarakan melalui sebuah lembaga khusus atau pribadi. Yang erat hubungannya dengan informasi akademik siswa adalah pengetahuan dan keterampilan-keterampilan, yang mungkin telah dikuasai siswa dan secara langsung berhubungan dengan isi materi atau keterampilan yang dipelajari. Mengumpulkan informasi keterampilan dan pengetahuan merupakan salah satu tujuan unsur pretesting dari proses perancangan pengajaran (lihat Bab 10) . Oleh karena itu, informasi yang diperoleh tentang karakteristik siswa dengan data yang ingin dicapai dari pretest memiliki hubungan yang dekat.

2.    Karakteristik Sosial Dan Personal
Sebagai tambahan informasi akademik, diperlukan kesadaran terhadap karakteristik sosial dan personal siswa dari sebuah pogram yang direncanakan. Untuk merancang sebuah prosedur pengajaran, seorang guru perlu mengetahui informasi tentang siswa bekenaan dengan hal-hal berikut:
a.    Usia dan tingkat kedewasaan.
b.    Motivasi dan sikap terhadap mata pelajaran.
c.    Harapan dan cita-cita (jika sesuai).
d.   Pekerjaan sekarang atau sebelumnya dan pengalaman kerja (jika ada).
e.    Bakat khusus.
f.     Keterampilan mekanis.
g.    Kemampuan bekerja dalam berbagai kondisi lingkungan – gaduh, berada di luar ruangan selama cuaca buruk, tempat yang tinggi dari permukaan laut, dan sebagainya.

Data penting tersebut dapat diperoleh melalui observasi, interviu, dan angket informal, serta melalui survei sikap yang telah dilaksanakan pada siswa. (Lihat Bab 10 untuk diskusi lebih lanjut tentang metode pengumpulan informasi ini). Jika kelompok khusus terdiri dari sebagian besar (significant percentage) populasi siswa, karakteristik sosial yang khas untuk setiap kelompok harus dipertimbangkan.

3.    Siswa dengan keberagaman budaya
Kelompok siswa dapat meliputi anggota-anggota dari etnik budaya dengan latar belakang dan perilaku yang berbeda dari kebanyakan siswa. Selain itu, baik perancang pengajaran dan instruktur (guru), mungkin berbeda latar belakang etniknya dengan anggota dari suatu kelompok siswa. Untuk alasan ini, karakteristik siswa yang beragam secara budaya memerlukan perhatian khusus selama perencanaan.

Salah satu masalah nyata yang mungkin adalah kekurangan dalam berbahasa nasional. Jika hal ini benar, remedial training dalam bahasa nasional (atau bahasa pengantar pembelajaran) harus disediakan sesuai kebutuhan. Perbedaan sosial dan budaya sebaiknya disadari karena akan mempengaruhi hal-hal seperti kemampuan bertanggung jawab terhadap pekerjaan individu atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas kreatif. Dalam beberapa budaya tertentu, seeorang yang secara otoritas diterima, seperti ayah dalam sebuah keluarga, mempengaruhi kebebasan dan kemampuan anak dalam mengambil keputusan. Apabila latar belakang pengalaman dalam kemampuan tersebut terbatas, sebuah hasil yang sederhana mungkin mempengaruhi kesiapan dan partisipasi siswa dalam sebuah program. Dalam perencanaan pengajaran untuk siswa dengan beragam budaya, perhatian sebaiknya juga ditujukan kepada pemilihan materi tanpa bias dan penyediaan sumber-sumber alternatif dan aktivitas-aktivitas untuk mendukung tujuan pengajaran.

Lima “standar” pembelajaran yang efektif untuk siswa dengan keberagaman budaya yang dikemukakan oleh Bradford dan Tharp.
a.   Menciptakan aktifitas yang produktif,  guru dan siswa bekerjasama dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan
b.  Mengembangkan bahasa dan kurikulum melek huruf asing, dimana  perkembangan bahasa terus menerus ditekankan dan terbantu melalui model, ulangan, penjelasan, pertanyaan dan pujian.
c.   Mengartikan, dimana mengajar merupakan situasi yang serius antara guru dan siswa, dan terkait dengan konteks pengalaman sehari-hari siswa.
d. Mengajari pemikiran kompleks, dimana siswa dilibatkan dalam tugas yang beragam dan mengalihkan perintah dari kemampuan dasar menjadi beragam manipulasi penyelesaian masalah pada daerah asal.
e.  Mengajari melalui percakapan, dimana siswa terlibat dalam pembelajaran melalui penggunaan bahasa dan dialog, terutama yang terkait dengan tugas nyata sehari-hari

Informasi tentang kemampuan siswa dalam kelompok etnik dapat diperoleh  melalui prosedur tes, interviu, dan angket. Sebagai tambahan, pertimbangkan memperoleh bantuan dari konselor suatu organisasi atau komunitas yang telah secara langsung berpengalaman dalam bekerja dengan individu-individu dengan latar belakang budaya yang beragam.

4.    Siswa dengan ketidakmampuan
Kategori siswa yang tidak mampu meliputi siswa dengan ketidakmampuan fisik dan siswa dengan ketidakmampuan dalam belajar seperti kehilangan pendengaran dan penglihatan, penurunan kemampuan berbicara, dan keterbelakangan mental ringan. Masing-masing tipe siswa cacat memiliki keterbatasan yang khas dan memerlukan pertimbangan khusus. Beberapa orang dengan ketidakmampuan fisik dapat berpatisipasi dalam kelas regular, sementara yang lain tidak. Analisis yang seksama terhadap ketidakmampuan individu sebaiknya meliputi observasi, interviu, dan tes.

Banyak siswa dengan ketidakmampuan memerlukan pelatihan khusus dan perhatian secara individu. Oleh karena itu, sebuah program pengajaran mungkin memerlukan modifikasi secara luas untuk memberikan pelayanan sesuai dengan siswa-siswa tersebut. Spesialis (ahli) yang mampu bekerja dengan siswa-siswa tersebut sebaiknya merupakan bagian dari sebarang tim perencana pengajaran.

5.    Kedewasaan Siswa
Sebuah faktor penting yang mengurangi kesamaan dari populasi siswa adalah tingkat kedewasaan siswa dalam aturan; kembali ke kampus; keterlibatan dalam program pendidikan komunitas orang dewasa; dan partisipasi dalam pelatihan kerja atau pelatihan ulang keterampilan baru dalam bisnis, industri, kesehatan, pelayanan pemerintah, dan militer.

Bidang pendidikan orang dewasa, andragogy, telah dipalajari secara mendalam. Sejumlah generalisasi tentang orang dewasa dan akomodasinya dalam proses pendidikan telah disadari seperti tampak berikut:
a.  Orang dewasa mengikuti sebuah program pelatihan dengan tingkat motivasi belajar yang tinggi. Mereka menghargai sebuah program yang terstruktur secara sistematis dengan tujuan yang secara jelas terperinci.
b.  Orang dewasa ingin mengetahui bagaimana yang akan diajarkan akan bermanfaat bagi mereka. Mereka berharap materinya relevan dan mereka dengan cepat memahami kegunaan praktis dari konten.
c.  Bagi orang dewasa, waktu adalah pertimbangan penting. Mereka berharap kelas dimulai dan diakhiri sesuai dengan jadwal, dan mereka tidak suka menghabiskan waktu dengan percuma.
d.   Orang dewasa menghargai instruktur yang menguasai pengetahuan tentang mata pelajaran dengan baik, dan menyajikannya dengan sempurna. Siswa secara cepat mengenali instruktur yang kurang siap.
e.  Orang dewasa membawa pengalaman yang luas dari kehidupan pribadi maupun pekerjaan. Pengalaman-pengalaman ini sebaiknya digunakan sebagai sumber utama dengan cara membantu siswa menghubungkan pengalaman mereka dengan mata pelajaran yang sedang diajarkan.
f.   Kebanyakan orang dewasa mandiri. Ketika sebagian dari mereka kurang percaya diri, mereka akan memilih instruktur mereka sebagai fasilitator untuk membimbing dan membantu daripada sebagai pemimpin yang otoriter.
g.  Orang dewasa ingin terlibat dalam pengambilan keputusan. Mereka ingin bekerjasama dengan instruktur dalam penilaian tujuan dan kebutuhan, pemilihan aktivitas, dan penentuan keputusan evaluasi pembelajaran.
h. Orang dewasa mungkin sedikit fleksibel daripada siswa muda. Kebiasaan dan metode kerja mereka telah dikembangkan secara rutin. Mereka tidak suka ditempatkan dalam situasi yang mengejutkan. Sebelum mereka menerima sebuah cara berbeda dalam melakukan sesuatu, mereka ingin memahami keuntungannya terlebih dahulu.
i.     Orang dewasa menyukai kerjasama dalam kelompok dan sosial secara bersama-sama. Aktivitas kelompok kecil dan sebuah suasana yang memungkinkan interaksi selama waktu istirahat sangat penting.

Bagi orang dewasa, serta bagi siswa lain, kesamaan prinsip-prinsip pembelajaran dan perilaku manusia harus mendasari sebuah program pengajaran.  Prinsip-prinsip ini akan dibahas pada Bab 7. Ada perbedaan-perbedaan dalam tingkat dan spesifikasi sesuai dengan bagaimana prinsip-prinsip tersebut akan diterapkan pada kelompok-kelompok tertentu selama perencanaan, ketika media dirancang, dan ketika kegiatan pengajaran dilaksanakan. Dengan peka dan tanggap terhadap karakteristik kelompok siswa khusus, seorang perancang dapat merencanakan program khusus yang efektif bagi mereka.

B.     ANALISIS KONTEKSTUAL
Penelitian pengetahuan kognitif menemukan bahwa meletakkan arahan dalam 2(dua) konteks yang umum hasil kerja siswa dan sikap siswa. Sebagai contoh, mainkan peran kunci dalam pembelajaran dan ciptakan pembelajaran berdasarkan masalah, dan didasai arahan.

Menganalisis dengan arahan kontekstual menyediakan banyak data untuk merencanakan contoh nyata dan skenario dalam pembelajaran. Mengapa perancang harus mengaikan dengan lingkungan yang lebih luas? Pertama, arahan dan pembelajaran tidak terletak pada ruang hampa. Konteks mempengaruhi setiap pengalaman belajar. Kedua, konteks merupakan kumpulan dari faktor inhibid atau memudahkan arahan atau pembelajaran. Sebagai contoh, ruang kelas berdekatan dengan tempat istirahat kemungkinan akan bising dan beberapa gangguan dari siswa lain dapat mengganggu proses pembelajaran. Bagaimanapun, sebuah ruang kelas sebaiknya dilengkapi dengan vidio proyektor dan komputer untuk masing-masing siswa. Ketiga, suatu kelas dapat memerlukan berbagai konteks. Sebagai contoh ruang kelas 5(lima) menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kunjungan kebangunan-bangunan bersejarah disekitarnya, melakukan penelitian tentang pelaku sejarah, menggunakan lab kombuter dan melakukan diskusi dalam kelompok kecil di sebuah gang.
1.    Jenis-jenis konteks
Terdapat tiga jenis konteks pada pembelajaran, yang harus diperhatikan perancang ketika merancang pembelajaran (Tessmer & Richey, 1997). Pertama, konteks orientasi yang fokus pada pembelajaran saja. Kedua, konteks instruksional  membutuhkan informasi tentang lingkungan fisik dan jadwal belajar. Ketiga, konteks transfer yang memberi kesempatan untuk mentransfer pengetahuan dan kemampuan untuk situasi yang baru.
a.         Konteks orientasi
Bagian pertama dari bab ini fokus pada karakteristik siswa, yang meliputi: pengetahuan, kemampuan dan sikap siswa yang merupakan bawaan menuju terarah. Perancang dapat mempertimbangkan 3(tiga) variabel.
Pertama, meliputi:
* Apakah tujuan melakukan pembelajaran memiliki kegunaan atau menghindari perlakuan atau arahan ini?
* Apa tujuanmu untuk pembelajaran pertama?
* Benarkah kamu berkonsentrasi mempelajari pengetahuan dan kemampuan baru?
Kedua, meliputi:
* Apakah pembelajaran memerlukan arahan?
* Apakah pembelajaran yang dilaksanakan menyediana segala informasi yang diperlukan?
Ketiga, faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran adalah tanggungjawab. Apakah siswa bertanggungjawab untuk memahami materi yang diberikan dalam pembelajaran?
b.         Konteks intruksional
Setrategi sederhana seperti merencanakan presentasi menggunakan power point pada hari kamis dapat menimbulkan kekacauan ketika kelasmu tidak memiliki LCD proyektor. Beberapa faktor lingkungan yang umum dipertimbangkan antara lain:
* Pencahayaan
* Bising
* Suhu
* Penataan tempat duduk
* Akomodasi
* Perlengkapan
* Transportasi
Faktor lingkungan yang lain yang dipertimbangkan adalah jadwal pembelajaran.
c.         Konteks transfer
Tujuan dari sebuah instruksi harus dapat terus meggunakan pengetahuan dan kemampuan yang diajarkan. Tipe yang terakhir dari analisis kontekstual ini fokus pada menciptakan suatu lingkungan yang meningkatkan penggunaan pengetahuan dan kemampuan yang baru dipelajari dengan jangkauan pada keadaan yang berbeda. Siswa lebih menyukai transfer pengetahuan karena mereka merasakan bahwa itu dapat menolongya menyelesaikan tugas. Dengan cara yang sama, siswa membutuhkan akses terhadap alat dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan kemampuannya.

Dua faktor lain yang dapat menghalangi transfer pengetahuan dan kemampuan adalah kesempatan dan dukungan. Jika siswa tidak memiliki dukungan atau kebutuhan untuk menghitung ROI terbaik, kemudian mereka tidak menyukai transfer pengetahuan dengan situasi yang baru. Jika guru tidak mendukung penggunaan Excel atau bahkan menghukum siswa yang menggunakannya, kemudian mereka kurang menyukai transfer pengetahuan dengan situasi yang baru.

2.        Pengembangan analisis kontekstual
 Alat yang umum untuk mengembangkan analisis kontekstual meliputi survei, observasi dan wawancara. Dimulai dengan mengidentifikasi faktor yang mungkin mempengaru rencana rancangan pembelajaranmu dengan menyediakan kesempatan atau batasan. Kemudian, tentukan bagaimana cara mengumpulkan data yang diperlukan. Kamu mungkin perlu melakukan analisis kontekstual setelah kamu mulai mereancang pembelajaran (lihat bab 7) dan kemudian lihan strategi yang kamu rencanakan dan strategi yang digunakan.
a.    Pengumpulan data
Data yang banyak diperlukan untuk diberikan kepada perancang tentang gambaran yang tepat dari pengaruh lingkungan. Survei menggunakan cara memaksa memilih dari dua ( tingkat skala dan butir pilihan ganda) dan pertanyaan terbuka dapat menuju gambaran kecil dari lingkungan ( lihat bab 12 dan 13). Sebagai contoh, seorang perancang mungkinmelaakukan survei ke beberapa situs untuk mengumpulka informasi tentang fasilitas ruang belajar atau jenis komputer dan software di lab. Survei dapat juga digunakan untuk mengkaji persepsi dan dukungan organisatoris untuk pembelajaran. Perancang mungkin mengirim satu intrumen itu untuk dua sasaran yaitu pesera dan pengawas atau pimpinan peserta.
b.    Menganalisa data
Kumpulan data di analisis untuk mengidentifikasi faktor lingkungan itu akan mempengaruhi rancangan dan proses pembelajaran. Analisis ini harus mengidentifikasi faktor-faktor yang membatasi rancangan dan proses pembelajaran, fasilitas rancangan dan proses pembelajaran, dan kesalahan dari proses analisis.

C.    KESIMPULAN
1.  Dengan mempertimbangkan hasil dari tugas atau analisis tujuan dan kemungkinan kondisi pembelajaran (batasan praktis, pengaturan, durasi), perancang mengidentifikasi karakteristik pelajar hampir dapat dipastikan memiliki dampak pada hasil pembelajaran.
2.    Tiga kategori dari ciri-ciri pelajar yaitu: karakteristik umum (gender, usia, dll), karakteristik khusus (kemampuan prasyarat untuk pembelajaran), dan gaya pembelajaran (cara yang disukai dalam belajar).
3.    Pengetahuan tentang siswa “pilihan” untuk pembelajaran menyediakan modal dasar yang berharga untuk merancang pembelajaran, tetapi klasifikasi siswa valid dan menguntungkan penyesuaian pembelajaran yang mungkin sulit untuk dicapai dalam praktek.
4.    Rekaman akademik dapat mengungkapkan banyak informasi dan kualitas sekolah atau pencapaian pelajar.
5.     Melalui observasi, wawancara dan kusioner, indikator siswa tentang karakteristik individu dan sosial dapat diperoleh.
6.  Target peserta meliputi perbedaan budaya pelajar, kedewasaan pelajar, dan pelajar dengan ketidakmampuan. Karekteristik khusus dari setiap individu harus diketahui dan dipertimbangkan dalm perencanaan.
7.   Analisis contekstual menyediakan informasi tentang faktor lingkungan yang akan memberi dampak pada rancangan dan proses pembelajaran.