“Mengapa memperhatikan
karakteristik siswa ketika melakukan perencanaan merupakan hal yang penting?”
“Manakah
karakteristik-karakteristik yang paling bermanfaat, dan bagaimana cara
memperoleh informasi tentang karakteristik tersebut?”
“Dalam kelompok
siswa khusus, karakteristik apakah yang sangat mempengaruhi perencanaan pengajaran?”
“ Apakah faktor
lingkungan akan mempengaruhi arahan?”
Andaikan, Anda tidak pernah mendengar
tentang proses perencanaan pengajaran, dan Anda mulai memberikan kuliah pada
pertemuan pertama. Anda telah bekerja keras untuk menyiapkan satuan pelajaran pendahuluan
baru dengan tujuan agar siswa terkesan dengan pelajaran. Perkuliahan mencakup
informasi rincian statistik dari hasil penelitian mutakhir dan penjelasan yang kompleks.
Ketika kuliah sedang berlangsung, Anda merasakan adanya reaksi diantaranya:
beberapa siswa mendengarkan dengan cermat dan membuat catatan dengan cepat;
yang lain terlihat bingung; dan beberapa siswa tampak acuh tak acuh. Padahal,
ini merupakan kesempatan langkah bagi mereka untuk memperoleh informasi penting
itu. Apakah ada yang tidak sesuai? Dalam persiapan, mungkin, Anda telah sedikit
mengabaikan sifat kelompok siswa, bakat dan tingkat kesiapan, tingkat motivasi,
atau ciri lainnya yang berpengaruh terhadap ketertarikan dan keberhasilan siswa
dalam pembelajaran.
Salah satu unsur
penting dalam proses perancangan pengajaran yang telah disebutkan
sebelumnya (Bab
1)
adalah kebutuhan untuk mempertimbangkan siswa dari sebuah program yang sedang
dikembangkan. Secara jelas, ukuran
kesuksesan sebuah perencanaan pengajaran akan bergantung pada terlaksananya
level pembelajaran oleh siswa-siswa yang terlibat. Populasi siswa, terdiri dari
berbagai macam tipe siswa, dari level dasar hingga sekolah menengah dan
perguruan tinggi dan di area pelatihan - industri, bisnis, kesehatan,
pemerintahan atau militer. Oleh karena itu, pada awal perencanaan sangat
penting memperhatikan karakteristik – karakteristik, kemampuan – kemampuan, dan
pengalaman – pengalaman siswa, baik sebagai kelompok maupun sebagai individu-individu.
Setiap orang berbeda dalam berbagai hal,
termasuk cara dimana mereka belajar. Beberapa perbedaan tersebut tampak dalam berbagai
macam pengalaman yang diperlukan seseorang dalam belajar. Dan jika kompetensi
suatu keterampilan yang ingin dicapai, perbedaan akan juga tampak pada jumlah
waktu dan praktek yang seseorang perlukan. Untuk mengajar sebuah kelas
akademik atau kelompok pelatihan, seorang perancang pengajaran harus memperoleh
informasi tentang kemampuan, kebutuhan, dan minat siswa. Informasi ini pasti
mempengaruhi elemen tertentu dalam perencanaan, seperti pembahasan suatu topik
(dan tingkat dimana topik diajarkan), pemilihan dan urutan tujuan, kedalaman pemberian
topik, dan variasi kegiatan pembelajaran.
Ketika mendesain sebuah rencana
pengajaran, tentukan lebih awal tahap-tahap persiapan awal dimana karakteristik
siswa atau peserta pelatihan akan mudah diidentifikasi. Kemudian tentukan
bagaimana memperoleh informasi penting tersebut.
A.
TIPE
DARI KARAKTER SISWA
Siswa
memiliki banyak ciri yang berbeda. Dengan memperhatikan siswa, penting bagi
guru yang mendesain pembelajaran mengeidentifikasi karakter siswa sedetail
mungkin untuk menyelesaikan pembelajaran khusus yang objektiv. Terkait dengan
hal tersebut, ketersediaan informasi tentang siswa merupakan faktor utama dalam
merancang pembelajaran yang mempertimbangkan karakter siswa.
Heinich,
Molenda, Russell, dan Smaldino (1999) disaran kepada perancang pembelajaran
(guru) untuk mempertimbangkan 3(tiga) kategori karakter siswa yaitu: karakter
umum, karakter khusus (pengetahuan prasyarat untuk arahan), dan gaya belajar.
1.
Karakter
umum
Karakter umum mengidentifikasi variabel seperti:
gender, usia, pengalaman, pendidikan dan lain-lain.
2.
Karakter
khusus
Kompetensi
khusus terdiri dari kemampuan prasyarat dan tingkah laku pelajar pada proses
pembelajaran untuk mencapai hasil. Berdasarkan pengalaman, kita menganalisa
kemampuan itu dengan 2(dua) tahap pada proses perencanaan. Langkah pendahuluan yaitu
merencanakan arahan dan menentukan karakter siswa dengan sasaran khusus.
Langkah berikutnya merencanakan penilaian dengan kompetensi khusus yang muncul
dalam pembelajaran. Satu arahan yang direncanakan, sangat berguna dan penting termuat
pada ujian yang dilaksanakan siswa.
3. Gaya belajar
Gaya
belajar merupakan ciri yang menunjukkan bagaimana seseorang melaksanakan tugas
pembelajaran dan memproses informasi. Beberapa siswa menemukan cara belajar
yang lebih baik dari yang lain.
Sebagai
tambahan untuk ketiga kategori tersebut, kita akan mendiskripsikan 5(lima)
kategori tambahan yaitu: informasi akademik, karakteristik sosial dan personal,
siswa dengan budaya yang berbeda, siswa dengan ketidakmampuan, dan kedewasaan
siswa.
1.
Informasi
Akademik
Barangkali,
rekaman akademik merupakan kategori informasi pribadi siswa yang paling mudah diperoleh
dan paling sering digunakan. Rekaman ini meliputi:
a. Nilai
sekolah (school grade) atau tingkat pelatihan yang pernah
diikuti dan mata pelajaran utama yang telah dipelajari.
b. Rata-rata
nilai angka (point-grade average)
atau nilai huruf (letter grades)
studi akademik.
c. Skor
dari tes standar pencapaian kecerdasan (standardized
achievement test of intelligence) dan keterampilan dasar seperti membaca,
menulis, dan matematika.
d. Kursus/pelatihan
khusus atau lanjut yang telah diselesaikan yang berhubungan dengan studi utama atau area pelatihan.
Sebagian
besar informasi ini dapat diperoleh dari rekaman siswa pada arsip di kantor
administrasi sekolah. Beberapa diantaranya tercantum dalam lamaran pekerjaan
atau arsip pribadi (daftar riwayat hidup). Pertimbangan kerahasiaan dan etika
perlu diingat ketika melihat rekaman siswa atau individu. Jika Anda memerlukan
informasi khusus tentang siswa dan tidak tersedia, tes khusus dapat dilakukan dan
diselenggarakan melalui sebuah lembaga khusus atau pribadi. Yang erat hubungannya
dengan informasi akademik siswa adalah pengetahuan dan keterampilan-keterampilan,
yang mungkin telah dikuasai siswa dan secara langsung berhubungan dengan isi
materi atau keterampilan yang dipelajari. Mengumpulkan informasi keterampilan
dan pengetahuan merupakan salah satu tujuan unsur pretesting dari proses perancangan pengajaran (lihat Bab 10) . Oleh karena itu, informasi yang diperoleh tentang
karakteristik siswa dengan data yang ingin dicapai dari pretest memiliki hubungan yang dekat.
2.
Karakteristik
Sosial Dan Personal
Sebagai
tambahan informasi akademik, diperlukan kesadaran terhadap karakteristik sosial
dan personal siswa dari sebuah pogram yang direncanakan. Untuk merancang sebuah
prosedur pengajaran, seorang guru perlu mengetahui informasi tentang siswa
bekenaan dengan hal-hal berikut:
a. Usia
dan tingkat kedewasaan.
b. Motivasi
dan sikap terhadap mata pelajaran.
c. Harapan
dan cita-cita (jika sesuai).
d. Pekerjaan
sekarang atau sebelumnya dan pengalaman kerja (jika ada).
e. Bakat
khusus.
f. Keterampilan
mekanis.
g. Kemampuan
bekerja dalam berbagai kondisi lingkungan – gaduh, berada di luar ruangan
selama cuaca buruk, tempat yang tinggi
dari permukaan laut, dan sebagainya.
Data
penting tersebut dapat diperoleh melalui observasi, interviu, dan angket
informal, serta melalui survei sikap yang telah dilaksanakan pada siswa. (Lihat Bab 10 untuk diskusi lebih lanjut
tentang metode pengumpulan informasi ini). Jika kelompok khusus terdiri
dari sebagian besar (significant
percentage) populasi siswa, karakteristik sosial yang khas untuk setiap
kelompok harus dipertimbangkan.
3.
Siswa
dengan keberagaman budaya
Kelompok
siswa dapat meliputi anggota-anggota dari etnik budaya dengan latar belakang
dan perilaku yang berbeda dari kebanyakan siswa. Selain itu, baik perancang
pengajaran dan instruktur (guru), mungkin berbeda latar belakang etniknya
dengan anggota dari suatu kelompok siswa. Untuk alasan ini, karakteristik siswa
yang beragam secara budaya memerlukan perhatian khusus selama perencanaan.
Salah
satu masalah nyata yang mungkin adalah kekurangan dalam berbahasa nasional.
Jika hal ini benar, remedial training dalam
bahasa nasional (atau bahasa pengantar pembelajaran) harus disediakan sesuai
kebutuhan. Perbedaan sosial dan budaya sebaiknya disadari karena akan
mempengaruhi hal-hal seperti kemampuan bertanggung jawab terhadap pekerjaan
individu atau terlibat dalam aktivitas-aktivitas kreatif. Dalam beberapa budaya
tertentu, seeorang yang secara otoritas diterima, seperti ayah dalam sebuah
keluarga, mempengaruhi kebebasan dan kemampuan anak dalam mengambil keputusan. Apabila
latar belakang pengalaman dalam kemampuan tersebut terbatas, sebuah hasil yang sederhana
mungkin mempengaruhi kesiapan dan partisipasi siswa dalam sebuah program. Dalam
perencanaan pengajaran untuk siswa dengan beragam budaya, perhatian sebaiknya
juga ditujukan kepada pemilihan materi tanpa bias dan penyediaan sumber-sumber
alternatif dan aktivitas-aktivitas untuk mendukung tujuan pengajaran.
Lima
“standar” pembelajaran yang efektif untuk siswa dengan keberagaman budaya yang
dikemukakan oleh Bradford dan Tharp.
a. Menciptakan
aktifitas yang produktif, guru dan siswa
bekerjasama dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan
b. Mengembangkan
bahasa dan kurikulum melek huruf asing, dimana
perkembangan bahasa terus menerus ditekankan dan terbantu melalui model,
ulangan, penjelasan, pertanyaan dan pujian.
c. Mengartikan,
dimana mengajar merupakan situasi yang serius antara guru dan siswa, dan
terkait dengan konteks pengalaman sehari-hari siswa.
d. Mengajari
pemikiran kompleks, dimana siswa dilibatkan dalam tugas yang beragam dan
mengalihkan perintah dari kemampuan dasar menjadi beragam manipulasi
penyelesaian masalah pada daerah asal.
e. Mengajari
melalui percakapan, dimana siswa terlibat dalam pembelajaran melalui penggunaan
bahasa dan dialog, terutama yang terkait dengan tugas nyata sehari-hari
Informasi
tentang kemampuan siswa dalam kelompok etnik dapat diperoleh melalui prosedur tes, interviu, dan angket.
Sebagai tambahan, pertimbangkan memperoleh bantuan dari konselor suatu organisasi
atau komunitas yang telah secara langsung berpengalaman dalam bekerja dengan
individu-individu dengan latar belakang budaya yang beragam.
4.
Siswa
dengan ketidakmampuan
Kategori
siswa yang tidak mampu meliputi siswa dengan ketidakmampuan fisik dan siswa
dengan ketidakmampuan dalam belajar seperti kehilangan pendengaran dan
penglihatan, penurunan kemampuan berbicara, dan keterbelakangan mental ringan.
Masing-masing tipe siswa cacat memiliki keterbatasan yang khas dan memerlukan
pertimbangan khusus. Beberapa orang dengan ketidakmampuan fisik dapat
berpatisipasi dalam kelas regular, sementara yang lain tidak. Analisis yang
seksama terhadap ketidakmampuan individu sebaiknya meliputi observasi,
interviu, dan tes.
Banyak siswa dengan ketidakmampuan memerlukan pelatihan
khusus dan perhatian secara individu. Oleh karena itu, sebuah program
pengajaran mungkin memerlukan modifikasi secara luas untuk memberikan pelayanan
sesuai dengan siswa-siswa tersebut. Spesialis
(ahli) yang mampu bekerja dengan siswa-siswa tersebut sebaiknya
merupakan bagian dari sebarang tim perencana pengajaran.
5.
Kedewasaan
Siswa
Sebuah
faktor penting yang mengurangi kesamaan dari populasi siswa adalah tingkat
kedewasaan siswa dalam aturan; kembali ke kampus; keterlibatan dalam program
pendidikan komunitas orang dewasa; dan partisipasi dalam pelatihan kerja atau
pelatihan ulang keterampilan baru dalam bisnis, industri, kesehatan, pelayanan
pemerintah, dan militer.
Bidang
pendidikan orang dewasa, andragogy,
telah dipalajari secara mendalam. Sejumlah generalisasi tentang orang dewasa
dan akomodasinya dalam proses pendidikan telah disadari seperti tampak berikut:
a. Orang
dewasa mengikuti sebuah program pelatihan dengan tingkat motivasi belajar yang
tinggi. Mereka menghargai sebuah program yang terstruktur secara sistematis
dengan tujuan yang secara jelas terperinci.
b. Orang
dewasa ingin mengetahui bagaimana yang akan diajarkan akan bermanfaat bagi
mereka. Mereka berharap materinya relevan dan mereka dengan cepat memahami
kegunaan praktis dari konten.
c. Bagi
orang dewasa, waktu adalah pertimbangan penting. Mereka berharap kelas dimulai
dan diakhiri sesuai dengan jadwal, dan mereka tidak suka menghabiskan waktu
dengan percuma.
d. Orang
dewasa menghargai instruktur yang menguasai pengetahuan tentang mata pelajaran
dengan baik, dan menyajikannya dengan sempurna. Siswa secara cepat mengenali
instruktur yang kurang siap.
e. Orang
dewasa membawa pengalaman yang luas dari kehidupan pribadi maupun pekerjaan.
Pengalaman-pengalaman ini sebaiknya digunakan sebagai sumber utama dengan cara membantu
siswa menghubungkan pengalaman mereka dengan mata pelajaran yang sedang
diajarkan.
f. Kebanyakan
orang dewasa mandiri. Ketika sebagian dari mereka kurang percaya diri, mereka
akan memilih instruktur mereka sebagai fasilitator untuk membimbing dan
membantu daripada sebagai pemimpin yang otoriter.
g. Orang
dewasa ingin terlibat dalam pengambilan keputusan. Mereka ingin bekerjasama
dengan instruktur dalam penilaian tujuan dan kebutuhan, pemilihan aktivitas,
dan penentuan keputusan evaluasi pembelajaran.
h. Orang
dewasa mungkin sedikit fleksibel daripada siswa muda. Kebiasaan dan metode kerja
mereka telah dikembangkan secara rutin. Mereka tidak suka ditempatkan dalam
situasi yang mengejutkan. Sebelum mereka menerima sebuah cara berbeda dalam
melakukan sesuatu, mereka ingin memahami keuntungannya terlebih dahulu.
i. Orang
dewasa menyukai kerjasama dalam kelompok dan sosial secara bersama-sama.
Aktivitas kelompok kecil dan sebuah suasana yang memungkinkan interaksi selama
waktu istirahat sangat penting.
Bagi
orang dewasa, serta bagi siswa lain, kesamaan prinsip-prinsip pembelajaran dan
perilaku manusia harus mendasari sebuah program pengajaran. Prinsip-prinsip ini akan dibahas pada Bab 7. Ada perbedaan-perbedaan dalam tingkat
dan spesifikasi sesuai dengan bagaimana prinsip-prinsip tersebut akan
diterapkan pada kelompok-kelompok tertentu selama perencanaan, ketika media
dirancang, dan ketika kegiatan pengajaran dilaksanakan. Dengan peka dan tanggap
terhadap karakteristik kelompok siswa khusus, seorang perancang dapat
merencanakan program khusus yang efektif bagi mereka.
B. ANALISIS KONTEKSTUAL
Penelitian
pengetahuan kognitif menemukan bahwa meletakkan arahan dalam 2(dua) konteks
yang umum hasil kerja siswa dan sikap siswa. Sebagai contoh, mainkan peran kunci
dalam pembelajaran dan ciptakan pembelajaran berdasarkan masalah, dan didasai
arahan.
Menganalisis
dengan arahan kontekstual menyediakan banyak data untuk merencanakan contoh
nyata dan skenario dalam pembelajaran. Mengapa perancang harus mengaikan dengan
lingkungan yang lebih luas? Pertama, arahan dan pembelajaran tidak terletak
pada ruang hampa. Konteks mempengaruhi setiap pengalaman belajar. Kedua,
konteks merupakan kumpulan dari faktor inhibid atau memudahkan arahan atau
pembelajaran. Sebagai contoh, ruang kelas berdekatan dengan tempat istirahat
kemungkinan akan bising dan beberapa gangguan dari siswa lain dapat mengganggu
proses pembelajaran. Bagaimanapun, sebuah ruang kelas sebaiknya dilengkapi
dengan vidio proyektor dan komputer untuk masing-masing siswa. Ketiga, suatu
kelas dapat memerlukan berbagai konteks. Sebagai contoh ruang kelas 5(lima)
menggunakan pembelajaran berbasis masalah dengan pendekatan kunjungan
kebangunan-bangunan bersejarah disekitarnya, melakukan penelitian tentang
pelaku sejarah, menggunakan lab kombuter dan melakukan diskusi dalam kelompok
kecil di sebuah gang.
1.
Jenis-jenis
konteks
Terdapat
tiga jenis konteks pada pembelajaran, yang harus diperhatikan perancang ketika
merancang pembelajaran (Tessmer & Richey, 1997). Pertama, konteks orientasi
yang fokus pada pembelajaran saja. Kedua, konteks instruksional membutuhkan informasi tentang lingkungan fisik
dan jadwal belajar. Ketiga, konteks transfer yang memberi kesempatan untuk
mentransfer pengetahuan dan kemampuan untuk situasi yang baru.
a.
Konteks orientasi
Bagian
pertama dari bab ini fokus pada karakteristik siswa, yang meliputi:
pengetahuan, kemampuan dan sikap siswa yang merupakan bawaan menuju terarah.
Perancang dapat mempertimbangkan 3(tiga) variabel.
Pertama,
meliputi:
* Apakah
tujuan melakukan pembelajaran memiliki kegunaan atau menghindari perlakuan atau
arahan ini?
* Apa
tujuanmu untuk pembelajaran pertama?
* Benarkah
kamu berkonsentrasi mempelajari pengetahuan dan kemampuan baru?
Kedua,
meliputi:
* Apakah
pembelajaran memerlukan arahan?
* Apakah
pembelajaran yang dilaksanakan menyediana segala informasi yang diperlukan?
Ketiga,
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran adalah
tanggungjawab. Apakah siswa bertanggungjawab untuk memahami materi yang
diberikan dalam pembelajaran?
b.
Konteks intruksional
Setrategi
sederhana seperti merencanakan presentasi menggunakan power point pada hari
kamis dapat menimbulkan kekacauan ketika kelasmu tidak memiliki LCD proyektor.
Beberapa faktor lingkungan yang umum dipertimbangkan antara lain:
* Pencahayaan
* Bising
* Suhu
* Penataan
tempat duduk
* Akomodasi
* Perlengkapan
* Transportasi
Faktor
lingkungan yang lain yang dipertimbangkan adalah jadwal pembelajaran.
c.
Konteks transfer
Tujuan
dari sebuah instruksi harus dapat terus meggunakan pengetahuan dan kemampuan
yang diajarkan. Tipe yang terakhir dari analisis kontekstual ini fokus pada
menciptakan suatu lingkungan yang meningkatkan penggunaan pengetahuan dan
kemampuan yang baru dipelajari dengan jangkauan pada keadaan yang berbeda.
Siswa lebih menyukai transfer pengetahuan karena mereka merasakan bahwa itu
dapat menolongya menyelesaikan tugas. Dengan cara yang sama, siswa membutuhkan
akses terhadap alat dan sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan
kemampuannya.
Dua
faktor lain yang dapat menghalangi transfer pengetahuan dan kemampuan adalah
kesempatan dan dukungan. Jika siswa tidak memiliki dukungan atau kebutuhan
untuk menghitung ROI terbaik, kemudian mereka tidak menyukai transfer
pengetahuan dengan situasi yang baru. Jika guru tidak mendukung penggunaan
Excel atau bahkan menghukum siswa yang menggunakannya, kemudian mereka kurang
menyukai transfer pengetahuan dengan situasi yang baru.
2.
Pengembangan
analisis kontekstual
Alat yang umum untuk mengembangkan analisis
kontekstual meliputi survei, observasi dan wawancara. Dimulai dengan
mengidentifikasi faktor yang mungkin mempengaru rencana rancangan
pembelajaranmu dengan menyediakan kesempatan atau batasan. Kemudian, tentukan
bagaimana cara mengumpulkan data yang diperlukan. Kamu mungkin perlu melakukan
analisis kontekstual setelah kamu mulai mereancang pembelajaran (lihat bab 7)
dan kemudian lihan strategi yang kamu rencanakan dan strategi yang digunakan.
a. Pengumpulan
data
Data
yang banyak diperlukan untuk diberikan kepada perancang tentang gambaran yang
tepat dari pengaruh lingkungan. Survei menggunakan cara memaksa memilih dari
dua ( tingkat skala dan butir pilihan ganda) dan pertanyaan terbuka dapat
menuju gambaran kecil dari lingkungan ( lihat bab 12 dan 13). Sebagai contoh,
seorang perancang mungkinmelaakukan survei ke beberapa situs untuk mengumpulka
informasi tentang fasilitas ruang belajar atau jenis komputer dan software di
lab. Survei dapat juga digunakan untuk mengkaji persepsi dan dukungan
organisatoris untuk pembelajaran. Perancang mungkin mengirim satu intrumen itu
untuk dua sasaran yaitu pesera dan pengawas atau pimpinan peserta.
b. Menganalisa
data
Kumpulan
data di analisis untuk mengidentifikasi faktor lingkungan itu akan mempengaruhi
rancangan dan proses pembelajaran. Analisis ini harus mengidentifikasi
faktor-faktor yang membatasi rancangan dan proses pembelajaran, fasilitas
rancangan dan proses pembelajaran, dan kesalahan dari proses analisis.
C. KESIMPULAN
1. Dengan mempertimbangkan hasil dari tugas atau analisis tujuan
dan kemungkinan kondisi pembelajaran (batasan praktis, pengaturan, durasi),
perancang mengidentifikasi karakteristik pelajar hampir dapat dipastikan
memiliki dampak pada hasil pembelajaran.
2. Tiga kategori dari ciri-ciri pelajar yaitu: karakteristik
umum (gender, usia, dll), karakteristik khusus (kemampuan prasyarat untuk
pembelajaran), dan gaya pembelajaran (cara yang disukai dalam belajar).
3. Pengetahuan tentang siswa “pilihan” untuk pembelajaran
menyediakan modal dasar yang berharga untuk merancang pembelajaran, tetapi
klasifikasi siswa valid dan menguntungkan penyesuaian pembelajaran yang mungkin
sulit untuk dicapai dalam praktek.
4. Rekaman akademik dapat mengungkapkan banyak informasi dan
kualitas sekolah atau pencapaian pelajar.
5. Melalui observasi, wawancara dan kusioner, indikator siswa
tentang karakteristik individu dan sosial dapat diperoleh.
6. Target peserta meliputi perbedaan budaya pelajar, kedewasaan
pelajar, dan pelajar dengan ketidakmampuan. Karekteristik khusus dari setiap
individu harus diketahui dan dipertimbangkan dalm perencanaan.
7. Analisis contekstual menyediakan informasi tentang faktor
lingkungan yang akan memberi dampak pada rancangan dan proses pembelajaran.