MENGENALI KEBUTUHAN UNTUK PENGAJARAN (Terjemahan BAB 2 Designing Effective Instruction ; MORRISON,2011) | MATEMATIKA

CARI

MENGENALI KEBUTUHAN UNTUK PENGAJARAN (Terjemahan BAB 2 Designing Effective Instruction ; MORRISON,2011)


Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang beragam dalam hidupnya. Manusia beraktivitas untuk memenuhi kebutuhannya. Kehidupan manusia senantiasa berubah dan dipengaruhi oleh berbagai macam aspek dan pihak. Perubahan yang terjadi dapat diartikan keduanya, yaitu: perubahan ke arah baik atau perubahan ke arah yang buruk. Perubahan yang dihadapi manusia yang dapat mendukung peningkatan harkat hidup dan kualitas, harus disikapi dan dipersiapkan melalui suatu program pengajaran. Begitu juga sebaliknya, revisi program atau pemunculan program baru harus dilakukan jika ada perubahan yang mengganggu tercapainya tujuan. Di samping itu, manusia memiliki dorongan untuk memuaskan minat dan kebutuhan dalam tingkat yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan alasan kepada kita untuk melaksanakan beberapa kegiatan atau program baru. Dalam dunia pendidikan, terdapat kebijakan bahwa seorang guru SD haruslah berpendidikan S-1 (Strata-1). Seorang guru SD di Kota Pasuruan yang telah mengajar di SD kurang lebih 20 tahun masih berpendidikan D-2 (Diploma-2). Jika beliau masih ingin mengabdi di bidang pendidikan SD, maka beliau haruslah mau tak mau menempuh pendidikan agar mendapatkan gelar tersebut. Inilah merupakan contoh situasi yang mendorong seorang guru memperbaiki kualitasnya melalui lembaga tertentu dalam hal ini adalah universitas tempat beliau menimba ilmu kependidikan SD.
Dengan melalui suatu analisis atau penelitian tertentu, kita dapat mengenali masalah dan kebutuhan yang mendasari apakah perlu kita melaksanakan program perancangan pengajaran. Sebelum kita memulai mengembangkan program pengajaran, kita menanyakan “Mengapa kita membutuhkan pengajaran?”.
Andaikan kita mempunyai salah satu atau beberapa alasan di bawah ini:
• Tingkat hasil belajar dan/atau keterampilan siswa masih berada di bawah harapan
• Periode pelatihan atau waktu yang dibutuhkan pelatih lebih lama daripada yang dikehendaki
• Adanya keinginan untuk mengubah metode pengajaran
• Siswa atau peserta pelatihan selalu menyatakan ketidakpuasan mereka akan suatu pelajaran atau program
• Isi pelajaran atau program yang diajarkan sekarang masih perlu ditambah atau perlu direvisi
• Perkembangan teknologi informasi yang mempengaruhi generasi muda dan anak-anak
• Perbedaan karakteristik siswa dilihat dari sudut pandang ras, daerah, agama, status ekonomi

Salah satu atau beberapa alasan di atas dan disertai cukup bukti, akan membutuhkan dirancangnya suatu program pengajaran

Perancangan pengajaran merupakan metode sistematis yang menggambarkan bagaimana merencanakan, mengembangkan, mengevaluasi, dan mengatur proses pengajaran secara efektif sehingga akan meningkatkan kemampuan siswa. Unsur kunci yang merupakan unsur penting dalam perancangan pengajaran adalah siswa, tujuan, metode, dan evaluasi. Dalam kenyataannya, ada beberapa komponen tambahan yang perlu mendapat perhatian dan membentuk suatu model rancangan pengajaran menjadi lengkap apabila dipadukan dengan keempat unsur di atas.
model rancangan pengajaran

Proses perancangan pengajaran dimulai dengan mengenali masalah (instructional problem) dan kebutuhan pengajaran. Ketika kita mampu mengenali atau menemukan akar masalah, maka kita dapat memutuskan apakah suatu pelatihan pengajaran tertentu akan memecahkan masalah atau tidak. Perancang pengajaran dapat menggunakan tiga pendekatan berbeda untuk mengenali masalah pengajaran yaitu: penilaian kebutuhan, analisis tujuan, dan penilaian kinerja.

A. Penilaian Kebutuhan
Kaufman dan English (dalam Kemp), menjelaskan penilaian kebutuhan sebagai alat untuk mengenali masalah dan kemudian memilih tindakan yang sesuai. Proses penilaian kebutuhan memiliki empat fungsi yaitu:
1. Mengenali kebutuhan itu sesuai dengan suatu tugas khusus, yaitu masalah apa yang mempengaruhi kinerja
2. Mengidentifikasi kebutuhan yang mendesak
3. Menyiapkan beberapa prioritas dalam memilih tindakan
4. Menyediakan data untuk menilai keefektifan pengajaran

Penilaian kebutuhan dilaksanakan ketika kita tidak dapat mengenali masalah dengan jelas sebagai suatu kebutuhan untuk memulai suatu pengajaran. Maka yang harus kita lakukan adalah berusaha mengenali semua aspek yang memungkinkan suatu masalah dapat muncul. Masalah atau kondisi tersebut juga harus didukung oleh data-data yang terkumpul sebagai dasar pertimbangan apakah hal itu mempengaruhi permintaan akan program pengajaran baru atau menghalangi keberhasilan program yang sedang dilaksanakan. Jika ya, maka beberapa tindakan harus segera diambil.  

Kemp mendefinisikan kebutuhan adalah suatu perbedaan antara apa yang diharapkan dan keadaan terkini. Jenis-jenis kebutuhan adalah:
1. Kebutuhan normatif
Kebutuhan normatif dikenali melalui kegiatan membandingkan target dengan suatu standar yang telah disepakati. Kebutuhan normatif muncul jika terdapat pencapaian target lebih rendah daripada standar. Kasus guru SD diatas merupakan contoh kasus kebutuhan normatif. Contoh lain adalah ketika seorang mahasiswa akan mendaftar pada jenjang kuliah S2, namun nilai TOEFL yang dimiliki sekarang adalah jauh di bawah standar/syarat penerimaan mahasiswa S2 yaitu 450 dan dalam kurun waktu maksimal 2 tahun. Maka jika calon mahasiswa tersebut tetap akan masuk ke jenjang S2, dia haruslah mengikuti kursus TOEFL. Langkah pertama dalam mengenali kebutuhan normatif adalah mendapatkan standar yang akan digunakan sebagai dasar perbandingan pencapaian target.  

2. Kebutuhan komparatif
Kebutuhan komparatif hampir sama dengan kebutuhan normatif, yaitu keduanya sama-sama didefinisikan melalui membandingkan keadaan terkini target dengan standar atau pengukuran eksternal. Kebutuhan komparatif dikenali dengan membandingkan target sasaran dengan  target lain yang setara. Dalam dunia pendidikan, kebutuhan komparatif dikenali melalui membandingkan suatu sekolah dengan sekolah lain dalam aspek fasilitas sekolah atau nilai tes. Contohnya yang sering kita temui dikenal dengan “study comparative”. Pada umumnya, suatu sekolah atau universitas mengadakan studi banding untuk mengetahui system yang digunakan, prestasi, fasilitas, sebaran matakuliah, organisasi mahasiswa dan aspek lain yang menggambarkan keadaan lembaga yang dibandingkan. Kebutuhan komparatif tersebut ada jika muncul perbedaan antara sekolah sasaran dengan sekolah lain. Langkah pertama dalam mengenali kebutuhan komparatif adalah memutuskan aspek yang diperbandingkan. 

3. Kebutuhan terasa
Kebutuhan terasa adalah hasrat atau keinginan seseorang dimana seseorang itu ingin meningkatkan kemampuannya atau kemampuan suatu target. Kebutuhan terasa muncul jika terjadi perbedaan antara kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang diinginkan. Contohnya, seorang professor ingin merevisi suatu kuliah. Dia merasa perlu untuh menambahkan informasi baru agar kuliahnya aktual dan mahasiswanya dapat meningkatkan pengetahuannya. Kebutuhan terasa paling baik dikenali melalui wawancara dan angket.  

4. Kebutuhan terekspresi
Bradshaw (dalam Kemp) mendefinisikan kebutuhan terekspresi sebagai suatu kebutuhan terasa yang dilanjutkan dengan suatu tindakan nyata. Perancang pengajaran tertarik pada kebutuhan terekspresi yang dapat meningkatkan kemampuan target sasaran. Misalnya terdapat suatu kumpulan mahasiswa yang berada di daftar tunggu peserta kuliah. Mahasiswa tersebut mengekspresikan suatu keinginan yaitu dengan mendaftar kuliah itu dan menunggu kuliah itu dibuka. Kebutuhan terekspresinya adalah menunggu kuliah itu yang menunjukkan keinginan untuk adanya sesi kuliah yang lain, ruangan yang lebih besar atau perubahan format kuliah yang memungkinkan lebih banyak mahasiswa yang dapat mengikutinya.
Dalam suatu perancangan program yang akan dilaksanakan pada suatu periode, Pertamina memutuskan bahwa mereka membutuhkan partisipasi dan dukungan masyarakat. Hal ini mendorong adanya sosialisasi tentang badan usaha ini. Sosialisasi sebagai salah satu bentuk tanggungjawab kepada masyarakat yang bertujuan untuk lebih mendekatkan Pertamina kepada masyarakat. Target yang dipilih adalah mahasiswa, yang merupakan salah satu unsur yang dinilai mampu berkomunikasi dengan masyarakat luas.
Perbedaan antara kebutuhan terasa dengan kebutuhan terekpresi adalah terletak pada tindakan yang mengikutinya. Data-data pada kebutuhan terekspresi berasal dari berbagai sumber. Kebutuhan terekspresi dikenali dari kotak saran.

5.Kebutuhan antisipasi atau kebutuhan masa depan
Perancang pengajaran seringkali berpusat pada mengenali kebutuhan yang berhubungan dengan masalah kemampuan terkini. Kebutuhan antisipasi adalah mengenali perubahan yang akan terjadi di masa datang. Mengenali kebutuhan seperti ini adalah bagian dari apapun perubahan yang mungkin dapat diramalkan, sehingga pelatihan dapat dirancang lebih dulu untuk dilaksanakan apabila perubahan terjadi. Contohnya seorang kepala sekolah mungkin memutuskan untuk melaksanakan pengajaran baru (misalnya kooperatif learning) tahun berikutnya.
Kebutuhan antisipasi tersebut adalah pengetahuan yang guru-guru butuhkan untuk menggunakan metode kooperatif learning dengan efektif dalam kelas. Dengan mengantisipasi kebutuhan itu, seorang perancang dapat menyiapkan pelatihan yang tepat sebelum guru-guru memulai ajaran baru dan menghadapi kesulitan-kesulitan mengembangkan metode itu.
Sebuah contoh, universitas yang memiliki tugas tidak hanya menyiapkan lulusannya dalam disiplin ilmu yang menjadi bidangnya, namun juga agar lulusan siap terjun ke masyarakat. Kebutuhan ini menggambarkan kebutuhan akan perubahan akan tuntutan lulusan di masa depan. Maka dirancanglah suatu training mengenai kepemimpinan dan manajemen. Kebutuhan antisipasi dikenali melalui angket dan wawancara dengan menambahkan pertanyaan tentang perubahan apa yang mungkin muncul yang dapat mempengaruhi pelaksanaan suatu program. Pendekatan kedua adalah dengan mengenali dan menganalisa suatu daerah yang berpotensial untuk mengalami perubahan.     

6.Kebutuhan karena kecelakaan
Mager (dalam Kemp) mendefinisikan kebutuhan karena kecelakaan sebagai kesalahan yang jarang terjadi namun memiliki dampak yang berpengaruh cukup besar. Kebutuhan karena kecelakaan dikenali dengan menganalisa masalah yang berpotensial terjadi. Kebutuhan karena kecelakaan juga dapat dikenali dengan suatu pertanyaan “bagaimana jika?”. Suatu kejadian makanan berformalin menyebabkan keluarga khawatir bahwa anak-anak mereka memakan makanan yang diberi pengawet membahayakan itu, maka suatu pelatihan dirancang dengan maksud para keluarga dapat membuat makanan yang sehat sendiri tanpa bahan pengawet berbahaya. Dalam dunia pendidikan, nilai UN mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dicapai lebih rendah dari nilai UN mata pelajaran Bahasa Inggris. Hal ini merupakan kegagalan karena tidak seharusnya nilai mata pelajaran Bahasa nasional lebih rendah.

Berikut adalah tabel yang memperjelas jenis-jenis kebutuhan untuk pengajaran. 
jenis-jenis kebutuhan untuk pengajaran.
Pada kebutuhan terasa, seseorang merasa ingin meningkatkan tingkat kemampuannya dalam bidang tertentu. Keinginan itu bisa dikatakan sebatas angan-angan untuk mencapai tujuan. Berbeda dengan kebutuhan terekspresi, yaitu keinginan itu diikuti oleh tindakan spesifik yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan. Berikut adalah contoh yang dapat memperjelas dua kebutuhan di atas. Seorang siswa kelas 12 yang akan menghadapi UN merasa ingin meningkatkan kemampuannya agar dapat lulus dalam UN yang akan ia hadapi 5 bulan lagi. Namun, sekolahnya hanya merencanakan untuk mengadakan tryout sebanyak 3 kali. Hal itu dirasa tidak mencukupi keinginannya, maka ia menyarankan sekolahnya mengadakan tryout lebih sering. Atau ia pun dapat mengikuti tryout yang diadakan oleh lembaga luar sekolah.

Melaksanakan penilaian kebutuhan
Ada empat fase dalam melaksanakan penilaian kebutuhan: perencanaan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyiapkan laporan akhir.

empat fase dalam melaksanakan penilaian kebutuhan

Fase 1: Perencanaan
Pada fase ini, target sasaran didefinisikan dan strategi dikembangkan untuk bagaimana data yang berhubungan dengan kebutuhan dikumpulkan. Seorang perancang menentukan apakah data-data tersebut dibutuhkan untuk tiap jenis kebutuhan. Pengumpulan data yang lazim digunakan meliputi angket, ranking, wawancara, pertemuan kecil, dan mencermati catatan. Mengenali analisis metodologi lebih awal akan membantu merancang instrumen (angket, ranking, wawancara, pertemuan kecil) dan memastikan data yang dikumpulkan sesuai. Langkah terakhir dalam fase 1 adalah menentukan peserta dalam penilaian ini.

Fase 2: Pengumpulan Data
Tidak mungkin kita mengumpulkan data melalui wawancara dengan setiap peserta pada tiap-tiap bagian. Oleh karena itu, sampel yang dapat mewakili dari tiap bagian sangat diperhatikan. Kemudian kita menyusun jadwal kapan data-data tersebut dikumpulkan, contohnya adalah kapan angket disebarkan, wawancara diselenggarakan dan pertemuan dilaksanakan.

Fase 3: Analisis Data
Ketika data-data telah terkumpul, maka data tersebut dianalisis. Keluaran dari analisis ini adalah prioritas kebutuhan. Kebutuhan dapat didasarkan pada masalah ekonomi.

Fase 4: Penyusunan laporan akhir
Laporan akhir harus terdiri atas:
• Tujuan kajian (penilaian)
• Proses yang menjelaskan bagaimana kajian dilakukan dan siapa yang terlibat
• Hasil yang didapatkan
• Rekomendasi yang berdasarkan pada data

Contoh kasus:
Suatu yayasan SMA Luar Biasa yang memiliki murid dengan ketunaan A, B, dan C di kota Pasuruan pada tahun 2009 dinegerikan oleh pemerintah kota Pasuruan. Perubahan status dari sekolah swasta menjadi sekolah negeri memerlukan beberapa tindakan pembenahan. Pada akhir tahun 2010 pemerintah kota memasukkan sekolah tersebut menjadi sekolah yang membutuhkan tenaga pendidik pada penerimaan CPNS. Guru-guru yang ditempatkan berjumlah 14 orang itu tidak hanya terdiri dari guru PLB saja, namun juga guru-guru bidang studi.

Fase 1: Perencanaan
Kepala sekolah memutuskan bahwa akan dilaksanakan penilaian dengan memperhatikan enam jenis kebutuhan. Targetnya adalah guru CPNS yang baru saja ditempatkan di SMALB Negeri dan guru lama. Karena pertimbangan keefektifan pengumpulan data, kuisioner disebarkan untuk diisi oleh guru. Kepala sekolah dan staff merupakan partisipan pada penilaian ini.

Fase 2: Pengumpulan Data
Kepala sekolah menekankan bahwa setiap guru harus mengisi kuisioner. Jadwal pengumpulan kuisioner selambat-lambatnya 1 minggu setelah kuisioner disebarkan.

Fase 3: Analisis Data
Setelah kuisioner terkumpul, maka data pada jawaban kolom kuisioner dianalisis oleh kepala sekolah. Dari data tersebut, diperoleh beberapa kebutuhan yang beroerientasi pada kebutuhan guru atau kebutuhan sekolah. Kepala sekolah bersama guru memutuskan bahwa yang menjadi prioritas adalah kebutuhan guru, karena ketika training untuk guru telah selesai dilaksanakan, maka guru dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam menghadapi siswa luar biasa. Sedangkan kebutuhan sekolah seperti gedung dan sarana prasarana, dapat menyusul kemudian.

Fase 4: Penyusunan laporan akhir
Laporan akhir memuat kebutuhan yang teridentifikasi yaitu: guru memerlukan training bahasa isyarat (comparative need atau expressed need), dan training tentang kurikulum dan model pembelajaran siswa luar biasa serta pembagian tugas mengajar (normative need).

B. Analisis Tujuan
Terkadang pelaksanaan penilaian kebutuhan tidak praktis. Pendekatan lain yang digunakan adalah analisis tujuan untuk mendefinisikan masalah. Sebagai contoh, seorang manager mungkin menentukan bahwa supervisor operator memiliki masalah dalam melatih operator informasi. Analisis tujuan kemudian diterapkan pada “kebutuhan” untuk mengembangkan tujuan pelatihan. Menerapkan analisis tujuan pada kebutuhan yang disarankan oleh seseorang mengasumsikan bahwa kebutuhan itu ada dan pelatihan diperlukan untuk mengatasi kebutuhan tersebut. Contohnya adalah seorang guru matematika menemukan masalah bahwa siswa mengalami kesulitan mengurangkan bilangan dengan meminjam. Suatu analisis tujuan akan menerapkan kebutuhan ini, yaitu training tentang pengurangan menggunakan Dienes Block. Berbagai penelitian berulangkali menunjukkan bahawa siswa memperoleh lebih banyak pemahaman konseptual dan lebih berhasil dalam mempresentasikan penguasaan konsep ketika mereka memiliki kesempatan untuk mengkonkritkan pengalaman matematikanya dengan alat peraga (Frei, 2000).

Berikut adalah enam langkah dalam menganalisis tujuan.
1. Mengenali maksud
Guru memutuskan satu atau lebih maksud yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut yaitu: Memahami prosedur pengurangan yang efektif

2. Menyiapkan sejumlah tujuan untuk tiap maksud
Guru menyiapkan beberapa tujuan yang menjelaskan tentang pelaksanaan kinerja target yaitu:
a. Mengetahui tujuan pembelajaran
b. Mengetahui aturan yang berlaku dalam kelas alat peraga
c. Mengetahui profil Dienes Block
d. Menyiapkan kotak tempat menyimpan blok
e. Menghindari ramai karena penggunaan alat peraga
f. Memahami materi pengurangan bersusun tanpa meminjam
g. Memahami materi prasyarat tentang nilai tempat
h. Memahami materi tentang urutan bilangan
i. Menyediakan alat peraga yaitu Dienes Block
j. Setiap siswa memiliki Dienes Block di mejanya
k. Memeragakan pengurangan dengan Dienes Block
l. Memperjelas langkah pengurangan

3.Menyeleksi tujuan untuk memperjelas tujuan
Melalui tahap ini dihasilkan:
a. Mengetahui tujuan pembelajaran, aturan yang berlaku dalam kelas alat peraga, dan profil Dienes Block
b. Menyiapkan kotak tempat menyimpan blok
c. Menghindari ramai karena penggunaan alat peraga
d. Memahami materi prasyarat tentang nilai tempat
e. Menyediakan alat peraga yaitu Dienes Block
f. Setiap siswa memiliki Dienes Block di mejanya
g. Memeragakan pengurangan dengan Dienes Block
h. Menjelaskan langkah pengurangan yang dilakukan

4. Mengurutkan tujuan berdasarkan kepentingan
a. Memahami materi prasyarat tentang nilai tempat
b. Mengetahui tujuan pembelajaran, aturan yang berlaku dalam kelas alat peraga, dan profil Dienes Block
c. Menyiapkan kotak tempat menyimpan blok
d. Menyediakan alat peraga yaitu Dienes Block
e. Setiap siswa memiliki Dienes Block di mejanya
f. Memeragakan pengurangan dengan Dienes Block
g. Menjelaskan langkah pengurangan yang dilakukan
h. Menghindari ramai karena penggunaan alat peraga

5. Menyeleksi tujuan kembali
Point c dan d dikeluarkan karena alat peraga disiapkan oleh guru

6. Mengurutkan tujuan kembali
a. Memahami materi prasyarat tentang nilai tempat
b. Mengetahui tujuan pembelajaran, aturan yang berlaku dalam kelas alat peraga, dan profil Dienes Block
c. Memeragakan pengurangan dengan Dienes Block
d. Menjelaskan langkah pengurangan yang dilakukan
e. Setiap siswa memiliki Dienes Block di mejanya
f. Menghindari ramai karena penggunaan alat peraga

C. Penilaian Kinerja
Beberapa masalah lebih banyak muncul dari kesalahan mengikuti prosedur daripada pelaksanaan tugas. Agar pelatihan berjalan efektif, pelatihan haruslah dapat mengatasi masalah. Mager dan Pipe (dalam Kemp) mengembangkan alur analisis kinerja.alur analisis kinerja.
Sebagai contoh dalam kasus SMALB Negeri, seorang guru matematika yang bukan merupakan lulusan PLB mengajarkan bidang datar pada siswa A (tuna netra). Hal ini terjadi kesenjangan kinerja guru dalam mengajarkan bidang datar dibandingkan kinerjanya mengajar pada materi operasi bilangan bulat. Keadaan ini dianalisis sehingga teridentifikasi bahwa kemampuan guru dalam menerapkan psikologi belajar tuna netra kurang.    

Teknik lain yaitu analisis pekerjaan yang mendaftar semua tugas yang seseorang lakukan dalam pekerjaan itu. Kegunaan dari analisis pekerjaan ini adalah untuk mendefinisikan suatu program dimana pelatihan diperlukan untuk tugas-tugas tersebut.

Beberapa perbedaan antara pendekatan untuk mengenali masalah pengajaran yaitu: penilaian kebutuhan, analisis tujuan, dan penilaian kinerja.
mengenali masalah pengajaran yaitu: penilaian kebutuhan, analisis tujuan, dan penilaian kinerja.