MASALAH :
Siswa kesulitan mengerjakan operasi perkalian bilangan bulat yang
melibatkan lebih dari satu angka.
ANALISIS MASALAH :
Tipe kesalahan (Yan, dkk, 2013) dikelompokkan menjadi tiga yaitu kesalahan konsep, kesalahan prosedur dan kesalahan penghitungan atau kecerobohan.
1. Kesalahan konsep adalah kesalahan dalam memahami konsep matematika yang menjadi prasyarat maupun konsep yang sedang diajarkan.
2. Kesalahan prosedur adalah ketidaksesuaian langkah-langkah dalam menjawab masalah, sehingga tidak ada kejelasan tata letaknya dalam proses menemukan jawaban
3. Kesalahan penghitungan atau kecerobohan adalah pengetahuan keterampilan berhitung yang tidak tepat, sehingga tidak dapat melakukan penghitungan dengan benar meliputi ketidak telitian, salah tanda, salah operasi dan salah tulis.
2. Kesalahan prosedur adalah ketidaksesuaian langkah-langkah dalam menjawab masalah, sehingga tidak ada kejelasan tata letaknya dalam proses menemukan jawaban
3. Kesalahan penghitungan atau kecerobohan adalah pengetahuan keterampilan berhitung yang tidak tepat, sehingga tidak dapat melakukan penghitungan dengan benar meliputi ketidak telitian, salah tanda, salah operasi dan salah tulis.
Menurut Kastolan
(1992) dalam Sahriyah, dkk. (2012) :
Indikator kesalahan konsep
|
a. Salah
dalam menentukan rumus atau teorema atau definisi untuk menjawab suatu
masalah,
b. Penggunaan
rumus, teorema, atau definisi yang tidak sesuai dengan kondisi prasyarat
berlakunya rumus, teorema, atau definisi tersebut.
c. Tidak
menuliskan rumus, teorema atau definisi untuk menjawab suatu masalah.
|
Indikator
kesalahan procedural
|
a. Ketidakhirarkian
langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah-masalah,
b. Kesalahan
atau ketidakmampuan memanipulasi langkah-langkah untuk menjawab suatu
masalah.
|
Indikator penghitungan
|
Ketidak telitian,
salah tanda, salah operasi dan salah tulis
|
Kami
memilih enam siswa kelas 7 secara acak untuk dianalisis berdasarkan tipe
kesalahan di atas. Dalam hal ini, kami hanya menggunakan dua tipe kesalahan
saja, karena dari hasil wawancara dengan siswa yang bersangkutan kami mengambil
kesimpulan siswa telah paham konsep perkalian bilangan bulat. Hasil analisis
sebagai berikut :
1.
Kesalahan
Prosedural
Hasil wawancara dengan siswa :
Gambar 1.1
(Hasil pekerjaan siswa nomor 4 berinisial MR)
1.
Kesalahan
Penghitungan

Siswa mengatakan bahwa dia paham perkalian bilangan bulat tetapi ceroboh dalam melakukan perkalian angka dua dengan satu ditulis “21”
Gambar 2.1
(Hasil
pekerjaan siswa nomor 3 berinisial DN)
Dari
gambar 2.1 dan hasil wawancara
dapat disimpulkan
bahwa siswa melakukan kesalahan
perkalian karena siswa salah melakukan perkalian angka dua dengan angka satu
yang seharusnya “2”.
Berikut disajikan beberapa contoh untuk
meningkatkan pemahaman tentang penggunaan batang napier pada operasi perkalian
bilangan
Adapun analisis untuk semua hasil
pekerjaan siswa penulis membuat sebagai berikut :
Tabel 1
Analisis Butir Soal
No
|
Inisial
|
Nomor Soal
|
Benar
|
Salah
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||
1
|
AN
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
×
|
×
|
50%
|
50%
|
2
|
DN
|
Ö
|
Ö
|
×
|
×
|
×
|
33,33%
|
66,67%
|
3
|
MR
|
Ö
|
Ö
|
×
|
×
|
Ö
|
50%
|
50%
|
4
|
RV
|
Ö
|
Ö
|
×
|
×
|
×
|
33,33%
|
66,67%
|
5
|
SL
|
Ö
|
Ö
|
×
|
×
|
×
|
33,33%
|
66,67%
|
6
|
WI
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
83,33%
|
16,67%
|
Tabel 2
Analisis Kesalahan Siswa
No
|
Inisial
|
Soal
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
AN
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
2
|
1
|
2
|
DN
|
Ö
|
Ö
|
1
|
2
|
2
|
3
|
MR
|
Ö
|
Ö
|
2
|
1
|
Ö
|
4
|
RV
|
Ö
|
Ö
|
2
|
1
|
2
|
5
|
SL
|
Ö
|
Ö
|
2
|
2
|
1
|
6
|
WI
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Keterangan :
1. Kesalahan prosedural
2. Kesalahan Penghitungan
Tabel 4
Prosentase Kesalahan
Siswa
Jenis Kesalahan
|
Nomor Soal
|
Jumlah
|
Prosentase
(%)
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
Kesalahan Prosedural
|
0
|
0
|
1
|
2
|
2
|
5
|
38.46%
|
Kesalahan Penghitungan
|
0
|
0
|
3
|
3
|
2
|
8
|
61.54%%
|
Jumlah
|
0
|
0
|
4
|
5
|
4
|
13
|
100%
|
Berdasarkan
dari penelitian dan wawancara serta analisis tersebut di atas, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa siswa
kesulitan mengerjakan operasi perkalian
bilangan bulat yang melibatkan lebih dari satu angka. Terutama dalam melakukan penghitungan bilangan bulat yaitu
61.54 %.
Alternatif Penyelesaian Masalah :
1.
Pemanfaatan Batang Napier
Risky (2009) mengemukakan
bahwa perkalian bilangan dengan menggunakan batang napier yaitu dengan
menerjemahkan persoalan perkalian menjadi persoalan penjumlahan. Cara
mengalikan bilangan dengan batang napier cukup mudah, yaitu hanya melihat
bilangan yang akan dikalikan, kemudian menjumlahkan diagonalnya.
Batang napier dibuat seperti
tabel perkalian biasa dari angka 0 sampai 9. Alat peraga batang napier terdiri
dari 1 bagian yaitu: batang napier berbentuk persegi panjang ukuran folio
(21,59 cm ×35,56 cm). Bahan minimal : kertas buffalo (kertas
tebal). Alat peraga ini digunakan
untuk perkalian bilangan bulat dengan pengali (0 - 9) terletak pada “Batang
Indeks” sebanyak 1 buah dan bilangan yang dikalikan (0 - 9) terletak/ditunjukan
pada “kepala-kepala batang” minimal sebanyak 10 buah . Dibawah “kepala-kepala
batang” terbagi 10 bagian bagian kecil yang masing masing terbagi dua, bagian
atas menunjukan “puluhan” bagian bawah menunjukan “satuan”. Sebuah tabel
menyerupai batang napier (alat peraga batang napier) dipotong hingga
masing-masing membentuk satu kolom satuan dengan maksud untuk lebih memudahkan
dalam praktek. Kemudian, menunjukkan bilangan yang dikalikan. Isi setiap petak
merupakan hasil kali angka-angka dari bilangan yang dikalikan sesuai dengan
baris dan kolom petak tersebut berada secara terurut dari 0-9. Setelah itu,
jumlahkan angka - angka pada setiap petak tersebut menurut digonalnya untuk
mendapatkan hasil perkalian yang diinginkan.
a.
Untuk penyelesaian
Soal Nomor 3.
13 × 21=...
Dari gambar 4.1. diatas, jika ingin mengalikan 13 dengan 21
dapat dilakukan dengan cara melihat kolom yang terdapat angka 13 dan
melihat baris yang terdapat angka 21. Diperoleh tabel sebagai
berikut: