PENDAHULUAN
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengajaran diharapkan dapat mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang dimiliki oleh siswa secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan seyogyanya lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa ikut berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, serta berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses pembelajaran itu sendiri.
Untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi belajar bagi peserta didik agar dapat mencapai kemampuan-kemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh peserta didik. Dalam hal ini peranan rancangan pesan pengajaran (design the instructional message) dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, karena rancangan pesan pengajaran merujuk pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola atau tanda dan lambang yang dapat digunakan untuk menyediakan kondisi untuk belajar.
Kata rancangan (desain) menunjukkan adanya suatu proses dan suatu hasil. Sebagai suatu proses, rancangan pesan sengaja dilakukan mulai dari analisis masalah pembelajaran hingga pemecahan masalah yang dirumuskan dalam bentuk produk. Produk yang dihasilkan dapat berupa prototipe, naskah atau story board, dan sebagainya.
Rancangan (design) juga sering dikatakan sebagai proses analisis dan sintesis yang dimulai dengan suatu masalah komunikasi dan diakhiri dengan rencana solusi operasional.
Sedangkan pesan (message) ialah suatu pola tanda/lambang, baik berupa kata maupun gambar, yang dimaksudkan untuk mengubah prilaku kognitif (berpikir), afektif (bersikap) dan psikomotorik (bertindak) seseorang atau kelompok.
Pengajaran (instruction) di sini tidak hanya merujuk kepada konteks pengajaran formal di ruang kelas, di mana pemerolehan keterampilan dan konsep tertentu merupakan tujuan sentralnya, tetapi juga mencakup seluruh apa yang terkandung dalam istilah “komunikasi”, termasuk konteks pengajaran informal, di mana sikap dan emosi amat diperhatikan.
Rancangan pesan pengajaran meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan atau informasi. Hal tersebut mencakup prinsip-prinsip perhatian, persepsi, dan daya serap yang mengatur penjabaran bentuk fisik dari pesan atau informasi, agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima. Fleming dan Levie (dalam Seel & Richie, 1994) membatasi pesan pada pola-pola isyarat atau simbol yang memodifikasi perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor. Rancangan pesan berurusan dengan tingkat paling mikro melalui unit-unit kecil seperti bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah.
Karakteristik lain dari rancangan pesan adalah bahwa rancangan pesan harus bersifat spesifik baik terhadap medianya maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung arti bahwa prinsip-prinsip rancangan pesan akan berbeda bergantung apakah medianya bersifat statis, dinamis atau kombinasi dari keduanya, misalnya suatu potret, film, atau grafik komputer. Juga apakah tugas belajarnya berupa pembentukan konsep atau sikap, pengembangan ketrampilan atau strategi belajar, ataukah menghafalkan informasi verbal.
Dalam rancangan pesan pengajaran yang berbentuk bahan ajar, materi pelajaran yang akan disampaikan sebagai pesan mempunyai arti penting karena pencapaian tujuan yang ditetapkan terinci dan pencapaiannya ada pada materi pelajaran. Bahan ajar atau materi pengajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Dalam makalah ini, proses rancangan pesan pengajaran terbagi dalam 3 bagian. Pertama adalah strategi pra-pengajaran (preinstructional strategies) yang merupakan teknik untuk mempersiapkan peserta didik untuk pengajaran. Kedua adalah strategi untuk menandai struktur teks melalui kata dan tipografi. Ketiga adalah pembahasan mengenai penggunaan gambar dan grafik dalam bahan ajar.
A.STRATEGI PRA-PENGAJARAN (PREINSTRUCTIONAL STRATEGIES)
Setelah urutan pengajaran dibangun, perancang dapat mulai fokus pada bagaimana untuk menyajikan informasi pengajaran. Setiap unit pengajaran dimulai dengan pengantar yang menyiapkan peserta didik untuk tugas belajar. Hartley dan Davies (1976) mengidentifikasi adanya 4 metode strategi pra-pengajaran (preinstructional strategies) yang berbeda untuk mengenalkan unit pengajaran yaitu pengenalan secara tradisional dengan menulis dalam bentuk paragraf (yaitu tinjauan atau overview) ditambah tiga pendekatan alternatif. Setiap strategi pra-pengajaran (preinstructional strategies) mempunyai aplikasi khusus untuk menghasilkan pengenalan yang lebih baik untuk suatu unit pengajaran.
Strategi pra-pengajaran (preinstructional strategies) yang pertama adalah pretest, merupakan kumpulan pertanyaan yang secara langsung berkaitan dengan pengajaran. Strategi kedua adalah tujuan pembelajaran (objectives), secara sederhana merupakan pernyataan ulang tujuan yang telah dikembangkan oleh perancang atau diskripsi tentang kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu program pengajaran. Kemampuan atau perilaku tersebut harus dirumuskan secara spesifik dan terukur sehingga dapat diamati dan dievaluasi. Strategi yang ketiga adalah gambaran materi (overview), yang merupakan ringkasan atau ikhtisar materi yang akan dipelajari oleh siswa. Tidak seperti pretest dan objectives, overview lebih ditulis dalam bentuk paragraf dari pada daftar item. Salah satu variasi dari overview adalah graphic organizer, yang menggunakan grafik untuk mengilustrasikan suatu materi. Strategi pra-pengajaran yang keempat adalah advance organizer, yang serupa dengan ikhtisar tetapi di tulis pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi.
Tabel 8-1 meringkas aplikasi dan petunjuk yang berasal dari Hartley dan Davies (1976) untuk masing-masing strategi. Kolom ”fungsi” menggambarkan tujuan dari strategi prapengajaran, yaitu tujuan apa yang ingin kita capai dengan strategi prapengajaran tersebut?. Kolom ”struktur isi (materi)” menggambarkan sifat atau panjang dari isi materi. Beberapa topik diberi label kurang terstruktur (loosely structure) (misalnya ”berikan 2 contoh bentuk akar”) karena tidak ada satupun metode yang ditetapkan. Sebuah topik yang sangat terstruktur (misalnya ”bagaimana melukis grafik fungsi kuadrat”) memiliki langkah-langkah yang didefinisikan dengan baik yang mudah diidentifikasi dan diakui oleh para ahli. Domain subjek seperti matematika yang berdasarkan aturan yang digambarkan mempunyai struktur yang dominan sebagai lawan dari topik seperti kecakapan visual (visual literacy), yang kurang terstruktur. Kolom ”peserta didik” menggambarkan karakteristik target peserta didik dalam hal kedewasaan dan kecerdasan. Kolom terakhir ”sifat tugas (task atributes)” mengidentifikasi kondisi belajar yang paling sesuai untuk strategi pra-pengajaran yang dimaksud.
Tabel 8-1 Strategi Pra-Pengajaran (preinstructional strategies)
Strategi
|
Fungsi
|
Struktur Isi
|
Peserta Didik yang sesuai
|
Sifat Tugas
|
Pretest
|
Untuk
mengingatkan peserta didik pada apa yang diharapkan
|
Durasi
pengajaran relatif pendek dan kurang
terstruktur
|
IQ
di atas rata-rata, peserta didik yang lebih matang atau dewasa
|
Jika
pertanyaan yang diberikan bermakna maka peserta didik seharusnya memiliki familiaritas
terhadap isi
|
Objectives
|
Untuk
menginformasikan kepada peserta didik secara tepat apa yang diharapkan
|
Digunakan
sebagai pengantar kurang dari 2500 kata* (menurut Klauer, 1984 )
|
Peserta
didik dengan kemampuan rata-rata
|
Bekerja
dengan baik dengan metode tradisional seperti ceramah
|
overviews
|
Menyiapkan
peserta didik pada tugas belajar
|
Sedikit
terstruktur atau tidak terstruktur
|
Peserta
didik dengan kemampuan yang rendah
|
Fakta
|
Peserta
didik dengan kemampuan yang tinggi
|
Konsep
|
|||
Advanced organizer
|
Kerangka
konseptual yang dibutuhkan peserta didik untuk memperjelas isi
|
Seyogyanya
memiliki struktur yang dominan
|
Peserta
didik dengan kemampuan diatas rata-rata, mempunyai kedewasaan dan kecerdasan
|
Informasi
faktual
|
1.Pretest
Sebuah pretest yang digunakan sebagai strategi pra-pengajaran (preinstructional strategy) berbeda dengan pretest yang digunakan untuk menilai pengetahuan sebelum pembelajaran. Ketika digunakan sebagai strategi pra-pengajaran, pretest di rancang untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang isi pengajaran dengan bantuan seperti isyarat poin-poin penting. Isyarat ini akan membantu peserta didik untuk mengidentifikasi dan fokus pada ide utama dalam unit pengajaran. Pretest bekerja dengan baik ketika waktu pengajaran relatif pendek, dan memungkinkan peserta didik untuk tetap fokus pada pertanyaan yang diajukan. Jawaban untuk pertanyaan pretest biasanya tidak disediakan, sebab jawaban berasal dari materi pengajaran. (pedoman tambahan untuk mengembangkan pertanyaan pretest diberikan pada bab 11).
Pretest berikut mungkin digunakan pada bab ukuran tendensi sentral:
1.Sebutkan tiga ukuran tendensi sentral?
2.Kapan waktu yang tepat untuk menggunakan setiap ukuran?
3.Apa langkah-langkah yang dilakukan ketika menghitung mean?
Setiap pertanyaan adalah pertanyaan terbuka dan berfungsi untuk membuat peserta didik memahami tiga poin utama dalam bab ini. Perancang tidak berharap siswa menjawab pertanyaan (jika mereka dapat menjawab dengan benar, maka mereka mungkin tidak perlu untuk melanjutkan unit pengajaran). Sebaliknya, pertanyaan harus mengarahkan siswa pada domain pengajaran yang teridentifikasi oleh pertanyaan yang diajukan.
Pedoman pretest
1.Pretest seharusnya relatif singkat sehingga tidak menunda pengajaran.
2.Pertanyaan yang diberikan adalah pertanyaan terbuka dan jawaban yang diharapkan secara mental dapat merangsang siswa untuk berpikir tentang jawaban sebagaimana dia membaca suatu konten/isi pengajaran.
3.Jika ada beberapa tujuan pada unit pengajaran, maka item pretest dapat mengarahkan pada contoh tujuan pada masing-masing orang.
2.Tujuan Pembelajaran (Objectives)
Kegunaan dari tujuan pembelajaran tingkah laku telah menjadi subjek pada banyak penelitian dalam beberapa tahun terakhir (lihat Klauer, 1984). Davies (1976) telah menyarankan bahwa tujuan pembelajaran mungkin kurang berfungsi untuk materi yang rumit seperti pengajaran dengan bantuan komputer dan proyek-proyek rancangan pengajaran. Masalah lainnya adalah apakah siswa benar-benar tahu bagaimana menggunakan tujuan pembelajaran untuk belajar. Analisis Klauer menemukan bahwa secara umum pembelajaran langsung dan pertanyaan-pertanyaan lebih efektif daripada objectives yang spesifik karena peserta didik lebih mampu menafsirkan dan memahami implikasi dari pembelajaran langsung dan pertanyaan yang disajikan dengan kalimat yang lebih sederhana. Meskipun kecenderungan umum penggunaan tujuan pembelajaran (objectives) terus menjadi strategi pra-pengajaran, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan objectives tidak efektif untuk meningkatkan pembelajaran siswa seperti yang diharapkan.
Namun, penelitian dan praktek sangat mendukung penuh penggunaan tujuan pembelajaran oleh para guru dan perancang pengajaran ketika merancang pengajaran. Berikut adalah contoh penggunaan tujuan pembelajaran sebagai strategi pra-pengajaran untuk unit pengajaran sistem pertidaksamaan linear dua variabel:
Pedoman penggunaan objectives
1)Gunakan pernyataan yang secara jelas menunjukkan kondisi dan kriteria perilaku yang perlu dikuasai oleh peserta didik dengan memasukkan kata kerja, kondisi, dan kriteria (Klauer, 1984).
2)Jika terdapat beberapa objectives pada satu unit pengajaran, buatlah pernyataan yang lebih umum untuk menjaga panjang daftar kurang dari 7 item. Terlalu banyak tujuan akan membutuhkan banyak persyaratan pada memory jangka pendek, yang menghasilkan kebingungan daripada penguasaan materi.
3)Tulis objectives dalam bentuk yang dapat dipahami oleh peserta didik (misalnya, ”pada akhir unit ini anda akan......” sebagai ganti dari ”pada akhir presentasi pengajaran, pelajar akan .......”).
4)Penulisan objectives kurang efektif jika melebihi dari 2.500 kata (Klauer, 1984). Para peneliti berteori bahwa terlalu sulit bagi siswa untuk mengingat tujuan dan isi untuk bagian-bagian yang panjang, akibatnya tujuan strategi pra-pengajaran menjadi menurun.
Pedoman penggunaan objectives
1)Gunakan pernyataan yang secara jelas menunjukkan kondisi dan kriteria perilaku yang perlu dikuasai oleh peserta didik dengan memasukkan kata kerja, kondisi, dan kriteria (Klauer, 1984).
2)Jika terdapat beberapa objectives pada satu unit pengajaran, buatlah pernyataan yang lebih umum untuk menjaga panjang daftar kurang dari 7 item. Terlalu banyak tujuan akan membutuhkan banyak persyaratan pada memory jangka pendek, yang menghasilkan kebingungan daripada penguasaan materi.
3)Tulis objectives dalam bentuk yang dapat dipahami oleh peserta didik (misalnya, ”pada akhir unit ini anda akan......” sebagai ganti dari ”pada akhir presentasi pengajaran, pelajar akan .......”).
4)Penulisan objectives kurang efektif jika melebihi dari 2.500 kata (Klauer, 1984). Para peneliti berteori bahwa terlalu sulit bagi siswa untuk mengingat tujuan dan isi untuk bagian-bagian yang panjang, akibatnya tujuan strategi pra-pengajaran menjadi menurun.
3.Gambaran Materi (Overviews )
Overviews dan advance organizers sering disebut sinonim, meskipun mereka sangat berbeda. Overviews ditulis pada tingkat abstraksi yang sama pada unit pengajaran dan hanya untuk memperkenalkan siswa pada tema pokok.
Overviews paling sering diidentifikasi sebagai pengantar karena ditulis seperti prosa. Berikut ini adalah contoh dari overview untuk unit pengajaran bangun ruang sisi lengkung:
Pedoman Overview
1)Terdapat 4 pendekatan umum yang digunakan untuk merancang sebuah overview yaitu:
a.Ringkasan isi pengajaran (materi) secara singkat. Kebanyakan pengenalan materi menggunakan sebuah overview yang berupa ringkasan materi.
b.Pengajuan masalah yang mana unit pengajaran akan membantu peserta didik untuk memecahkan masalah tersebut.
c.Pendiskripsian manfaat konten (isi pengajaran) bagi peserta didik.
d.Petunjuk pre-reading yang dikemukakan oleh Mc Crudden, Schraw, dan Hartley (2006). Petunjuk pre-reading ini digunakan untuk menunjukkan relevansi antara bahan ajar dengan tujuan pengajaran.
2)Sebuah overview harus relatif singkat (misalnya; kurang dari satu halaman). Sebuah overview yang terlalu panjang dan mengambil tempat pada memory jangka pendek peserta didik, dapat berpengaruh terhadap tugas belajar yang sebenarnya.
3.Advance organizers
Advance organizers adalah overview yang tingkat abstraksinya lebih tinggi dan berfungsi menyediakan kerangka konseptual untuk meningkatkan kebermaknaan konten (isi pengajaran). Kerangka konseptual diasumsikan untuk memudahkan peserta didik dalam memahami materi baru. Ada dua bentuk advance organizer, pertama comparative organizer, digunakan jika peserta didik telah mengenal dengan baik (akrab) dengan isi pengajaran dan berfungsi untuk membandingkan materi baru dengan materi yang sudah dipahami oleh peserta didik. Kedua adalah expository oragnizer, digunakan jika peserta didik tidak akrab dengan konten (isi pengajaran) dan berfungsi untuk menggabungkan informasi yang relevan dengan apa yang sudah diketahui peserta didik.
Berikut merupakan contoh advance organizer
Logika adalah ilmu yang mempelajari cara berpikir yang logis. Cara berpikir ini dapat berupa cara menentukan benar tidaknya suatu pernyataan. Misalnya, pernyataan "Air sungai bermuara di danau dan di laut" merupakan pernyataan yang benar karena tidak ada pertentangan di dalamnya. Bandingkan dengan pernyataan "Air adalah zat cair dan zat padat" yang merupakan pernyataan salah karena terkandung pertentangan di dalamnya.
Di dalam logika matematika, Anda akan mempelajari membuat suatu ingkaran dengan benar dari suatu pernyataan. Misalnya pernyataan "Semua kasir adalah perempuan", ingkarannya adalah "Ada kasir bukan perempuan", bukan "Semua kasir bukan perempuan", karena dengan cukup seorang kasir laki-laki akan mengingkari pernyataan pertama. Selain itu, pada bab ini Anda juga akan mempelajari cara penarikan kesimpulan yang sah (valid), lebih jauhnya pelajarilah materi pada bab ini dengan baik.
Pedoman advance organizer
1)Nyatakan materi dalam istilah yang umum sehingga siswa dapat memahami dan mengingatnya.
2)Ide-ide yang dipresentasikan seyogyagnya mencakup keseluruhan isi materi
3)Jika peserta didik tidak mengenal atau tidak akrab dengan materi, maka gunakanlah advance organizer expository. Organizer expository mencakup informasi yang relevan dengan informasi yang telah diketahui peserta didik dan membandingkan informasi ini dengan informasi baru dalam pengajaran.
4)Jika peserta didik telah akrab dengan dengan isi materi, maka gunakanlah comparative organizer dimana ide baru dibandingkan dengan ide yang telah diketahui.
Pemilihan strategi pengajaran seyogyagnya didasarkan pada faktor-faktor di dalam tabel 8-1. Proses ini merupakan salah satu cara menemukan kesesuaian terbaik antara fungsi, struktur isi, target audiens, dan attribut tugas.
B.RANCANGAN PESAN DALAM BENTUK TEKS
Unit pengajaran, seperti buku teks, buku cetak, pengajaran berbasis computer, pengajaran multimedia, atau rekaman video, merupakan artefak dari proses rancangan yang akan bertahan lama (Simon, 1981). Artefak ini mewakili tatap muka atau interaksi antara peserta didik dan bahan ajar. Dalam istilah Simon, artefak akan berfungsi sebagaimana tujuannya, jika artefak tersebut cocok dengan peserta didik. Jadi, tugas kita adalah sebagai perancang adalah menciptakan tatap muka yang tepat antara bahan ajar dan peserta didik. Satu bagian dari proses ini adalah merancang pesan sehingga dapat disampaikan secara efektif. Dalam bagian ini, kami berfokus bagaimana cara merancang pesan dengan memanipulasi teks (seperti, struktur penulisan) dan tipografi.
Setelah menganalisis buku tes ilmu pengetahuan alam, Chambliss dan Calfee (1989) menyimpulkan bahwa ada tiga elemen penting dalam merancang bahan ajar yang baik. Pertama adalah suatu kumpulan elemen yang berbeda seperti kata atau tipografi yang mengisyaratkan atau memberi petunjuk tentang struktur teks kepada peserta didik. Contoh, dalam buku ini kata-kata yang terletak pada awal tiap chapter mengisyaratkan struktur teks melalui overview dan rangkaian pertanyaan. Heading mengisyaratkan struktur dari chapter tersebut. Kamu mungkin saja memilih untuk menggunakan italic type untuk mengisyaratkan frase atau kata penting. Kedua, koherensi dari struktur teks yang membantu tatasusun dan mengingatkan kembali informasi yang penting. Kita dapat memberi pengaruh struktur ini dengan menggunakan kata dan frase yang familiar dan diulang-ulang. Ketiga, harus ada kecocokan antara isi dan latar belakang pembaca sekiranya pembaca bisa memahami teks. Penelitian lain juga mendukung gagasan bahwa kita dapat mempengaruhi proses kognitif peserta didik dengan merancang pesan (Britton & Gulgoz, 1991). Sejalan dengan itu, Wiley dan Voss (1999) menyarankan bahwa banyaknya informasi yang dapat disimpan oleh peserta didik dari pengajaran adalah bergantung pada “kepekaan (considerateness)” dari teks.
1.Penandaan Skema Teks
Ketika peserta didik ditampilkan penanda (isyarat) yang mengidentifikasikan struktur teks, mereka akan menggunakan informasi ini untuk membentuk model ekspektasi yang akan membantu pemahaman mereka (Manner, 1994). Penanda dapat merupakan global atau local di alam (Lemarie, Lorch, Eyrolle & Virbel, 2008). Penanda global bekerja bersama dan merupakan bagian dari rancangan keselulurahan, seperti heading pada tiap halaman buku teks yang biasanya menyatakan nama chapter pada atau bagian dan nomor halaman. Heading dan nomor halaman muncul pada tiap halaman, jadi mereka merupakan global di alam.
Beberapa buku teknik dan computer mungkin menggunakan icon sebagai penanda, peringatan atau tips yang mungkin tidak muncul pada tiap halaman digunakan pada keseluruhan bahan ajar. Ikon-ikon tersebut berfungsi sebagai penanda struktur teks dan membagi sifat-sifat umum sebagai penanda global. Penanda global dapat diibaratkan sebagai suatu system, mereka konsisten dan digunakan di keseluruhan bahan ajar, apakah itu berupa cetakan, webpage, atau pengajaran berbasis computer. Penandaan Skema Teks merupakan local in nature dan menyediakan suatu penanda pada teks. Sebagaimana peserta didik menghadapi informasi baru, informasi ini ditempatkan pada existing model. Strategi prapengajaran yang dijelaskan pada awal bab ini merupakan sesuatu yang dimaksudkan sebagai penandaan struktur teks secara keseluruhan, melalui heading dan layout tipografi. Pendekatan lain adalah untuk mengingatkan peserta didik pada informasi spesifik pada suatu paragraph atau bagian dari bahan ajar.
Armbruster (1986) mengidentifikasi 5 struktur teks yang dapat digunakan perancang untuk menandai informasi penting pada peserta didik:
•Daftar ide atau item, contohnya adalah daftar dalam bahan ajar
•Perbandingan atau perbandingan dari ide atau objek. Dalam unit ilmu alam, kita mungkin membandingkan sifat-sifat planet dan bulan
•Temporal sequences dihubungkan dengan waktu atau barisan spesifik. Contohnya adalah langkah-langkah untuk menyelesaikan persamaan kuadrat
•Struktur sebab-akibat atau penjelesan. Struktur ini menggambarkan hubungan antara dua ide atau kejadian, dimana salah satu ide atau kejadian merupakan hasil atau akibat dari kejadian yang lain. Contoh, hubungan antara permintaan dan penawaran
•Struktur contoh dan definisi. Keduanya digunakan untuk mengajarkan konsep dengan mendefinisikan konsep dan kemudian memberikan contoh dari konsep tersebut. Contohnya, konsep dalam biologi adalah kapilaritas.
•Daftar ide atau item, contohnya adalah daftar dalam bahan ajar
•Perbandingan atau perbandingan dari ide atau objek. Dalam unit ilmu alam, kita mungkin membandingkan sifat-sifat planet dan bulan
•Temporal sequences dihubungkan dengan waktu atau barisan spesifik. Contohnya adalah langkah-langkah untuk menyelesaikan persamaan kuadrat
•Struktur sebab-akibat atau penjelesan. Struktur ini menggambarkan hubungan antara dua ide atau kejadian, dimana salah satu ide atau kejadian merupakan hasil atau akibat dari kejadian yang lain. Contoh, hubungan antara permintaan dan penawaran
•Struktur contoh dan definisi. Keduanya digunakan untuk mengajarkan konsep dengan mendefinisikan konsep dan kemudian memberikan contoh dari konsep tersebut. Contohnya, konsep dalam biologi adalah kapilaritas.
Ketika perancang telah mengidentifikasi struktur topic yang berbeda dalam pengajaran, tugas selanjutnya adalah menyampaikan struktur ini pada peserta didik. Penanda-penanda tersebut tidak menambah isi baru pada teks; tetapi mereka menyediakan penekanan pada struktur atau pesan yang ingin disampaikan oleh perancang (Meyer, 1985). Ada dua metode untuk menandai struktur tersebut. Pertama, melalui pernyataan eksplisit yang mengingatkan peserta didik pada struktur. Contohnya, kita telah menandai list ini dari dua item dengan pertama pertama menyebutkan bahwa ada dua metode, dan kemudian dengan memulai kalimat dengan kata “pertama dan kedua”. Kedua, melalui tipografi yang mengisyaratkan struktur melalui perubahan. Contoh penanda tipografi digunakan boldface atau italic type dan spasing.
2.Penanda Eksplisit
Sebagian besar metode umum penanda ekspisit adalah melalui penggunaan apa yang disebut Meyer (1985) sebagai “pointer words”. Kata tersebut, seperti “ada dua metode….” Memberi tahu peserta didik apa yang diharapkan dalam kalimat, paragraph atau chapter yang mengikutinya. Dengan mengkombinasikan pointer words Meyer dengan struktur isi Armbuster (1986), kita dapat menciptakan tabel penanda eksplisit yang digunakan sebagai bagian dari proses rancangan pesan.
Tabel 8-2 menyediakan petunjuk umum untuk memanipulasi informasi tekstual kedalam poin penting untuk peserta didik. Kita dapat menggunakan penanda secara bijak dan tidak terlalu banyak informasi pada peserta didik. Penggunaan terlalu banyak penanda, baik pada buku cetak maupun elektronik dapat menyebabkan terlalu banyak pengalihan perhatian (distraction) sehingga peserta didik tidak mampu mengindentifikasi informasi yang penting. Metode kedua untuk penandaan struktur teks adalah melalui penggunaan tipografi.
Tabel 8.2
Penanda-penanda eksplisit
Stuktur teks Contoh Kata penanda
Daftar (list) Ada beberapa metode dalam menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel. Pertama adalah metode eliminasi, kedua adalah metode substitusi, ketiga adalah …. Pertama, kedua, ketiga, dll
Berikutnya, yang lainnya, dll
Perbandingan atau pertentangan Suatu bilangan prima adalah bilangan asli yang dapat dibagi dengan 1 dan dirinya sendiri, sementara suatu bilangan komposit adalah bilangan asli selain 1 yang tidak prima Tetapi, meskipun demikian, sementara itu, dalam perbandingan, perbedaannya
Urutan temporal
(Temporal sequence) Langkah-langkah untuk menyelesaikan
persoalan program linear secara umum adalah pertama merumuskan permasalahan ke dalam
model matematika, selanjutnya menyelesaikan sistem pertidaksamaan yang merupakan kendala, setelah itu mencari penyelesaian optimum (maksimum atau minimum), dan terakhir menjawab permasalahan. Awalnya, setelahnya, selanjutnya, kemudian, dll
Sebab-akibat Jika suatu bilangan adalah genap, maka kuadrat dari bilangan tersebut adalah genap Oleh sebab itu, sebagai hasilnya, jika-maka, alasanya adalah, satu penjelesannya
Definisi dan contoh Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum dapat ditentukan nilai kebenarannya, karena masih mengandung variabel atau peubah. Contohnya p adalah bilangan prima Contohnya, termasuk, yang lainnya
3.Penanda Tipografi
Dengan peningkatan ketersediaan dan kemudahan penggunaan publishing desktop, perancang pengajaran sekarang mempunyai kontrol lebih terhadap penggunaan penanda tipografi. Kita dapat menggunakan tipografi untuk menandai struktur teks dengan mengidentifikasi pergantian dalam topik dan kita dapat menandai kata, frase dan ide penting dengan membuatnya terlihat berbeda dari teks disekitarnya.
Jenis-jenis penanda tipografi antara lain:
a.Headings. Penulis menggunakan heading untuk menandai pergantian topik dan untuk menyediakan peserta didik dengan gambar bagaimana materi diorganisasikan. Penggunaan heading untuk menandai pergantian topic adalah sangat penting, bahkan dalam dokumen elektronik. Penanda digunakan dalam membuat webpages untuk internet menyediakan 6 level berbeda dari heading untuk suatu dokumen web.
Heading merupakan kata kunci atau frase pendek yang mengidentifikasi isi dari bagian informasi teks. Kita telah menemukan bahwa sebagian besar bahan ajar membutuhkan dua atau tidak level heading. Suatu level heading berkorespondensi dengan level berbeda dalam outline yang mungkin kamu gunakan untuk menulis makalah. Contoh, level pertama heading akan berkorespondensi pada daftar poin seperti angka romawi I, II, III dsb..
Level kedua dari heading akan berkorespondensi dengan poin A, B, dan C dibawah tiap heading angka romawi. Level ketiga dari heading akan berkorespondensi dengan poin 1, 2, dan 3 di bawah heading A, B, dan C.
Setiap level heading mempunyai rancangan tipografi yang berbeda. Sebagai contoh, dalam tiap draft dari buku manuskrip, level pertama heading adalah dalam ukuran 18 boldface tipe dan centered pada garis. Level kedua dari heading adalah ratakiri dan dalam ukuran 14 boldface tipe. Terakhir, level ketiga heading adalah beberapa kata awal dari paragraph yang ditulis boldface.
Untuk merancang heading dalam bahan ajar, kami menyarankan bahwa kamu memulai dengan tujuan dari unit tersebut. Seringkali, tujuan dapat berfungsi sebagai level pertama heading. Level kedua heading akan menandai ide atau langka utama yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Untuk contoh yang kompleks, kamu mungkin ingin juga untuk menambahkan level ketiga heading yang mengidentifikasikan ide, tugas, atau konsep spesifik dalam unit tersebut. Selanjutnya kamu akan butuh untuk memilih jenis tipografi yang menandai heading. Jika kamu melihat keseluruhan nomor buku, majalah, dan bahan ajar, kamu akan menemukan beraneka bentuk yang digunakan untuk mengidentifikasi bermacam-macam level. Bentuk yang kamu gunakan haruslah dapat dengan mudah dikenali oleh peserta didik. Contohnya, penggunaan heading rata-kiri dan hanya sedikit perubahan pada ukuran huruf (14, 12, dan 11 poin) mungkin merupakan rancangan tipografi yang unik, tetapi itu mungkin membingungkan peserta didik. Rancangan yang dispesifikasi dalam APA Publication Manual merupakan awal yang bagus dengan variasi minor untuk membuatnya menjadi unik. Pendekatan unik yang tidak menandai level pengubahan dari heading untuk peserta didik mungkin akan menghasilkan struktur komunikasi yang tidak efektif dari informasi.
Jika seorang perancang grafik mendesain bahan ajarmu, kamu mungkin ingin bertemu dengannya sebelum kamu memulai memperbaiki bahan ajarmu dan mencari masukan dalam desain tersebut. Pada beberapa instansi, kamu mungkin tidak mempunyai kewenangan dalam hal pengambilan keputusan dalam desain tipografi pada dokumen akhir.Sebagai contoh, penulis buku teks jarang mempunyai masukan dalam rancangan tipografi yang actual. Seorang perancang pengajaran bekerja dalam industry yang mempunyai control penuh. Sama dengan hal itu, banyak perancang grafik dan editor meminta penulis (termasuk perancang pengajaran) untuk menggunakan bentuk template yang menggunakan bentuk spesifik untuk teks dan grafik dalam suatu dokumen. Perancang grafik dapat mengambil atau mengcopy manuskrip dan dengan mudah membuat layout dalam personal computer dengan menggunakan bentuk tipografi yang berbeda (seperti, boldface, italics, type size, dan spacing) pada dokumen. Proses ini dapat membuat proses produksi lebih efisien dan mengurangi biaya produksi.
b.Layout. Seorang perancang juga dapat menggunakan tata letak halaman untuk menandai struktur informasi. Misalnya, Anda dapat mengatur halaman menurut jarak vertikal dan jarak horisontal, yang oleh perancang grafis disebut sebagai "ruang putih". Dengan meningkatkan jumlah garis atau titik antara judul dan paragraf sebelumnya dan berikutnya, Anda dapat menekankan headings. Demikian pula, Anda dapat mengindent daftar item dari margin kiri untuk menandakan bahwa item dikelompokkan bersama.
c.Variasi Tipografi (variasi ketik). Cara lain untuk menandai struktur informasi adalah dengan memvariasikan jenis-jenis (menambah ketebalan, kemiringan, atau perubahan ukuran) yang menciptakan variasi dalam pola halaman. Karena keingintahuan, mata manusia ditarik ke perbedaan ini. Dengan demikian, jenis variasi ini telah digunakan untuk menandai kata-kata penting dan informasi baru.
Ada 3 faktor yang perlu dipertimbangkan ketika menggunakan variasi ketik, yaitu:
1.Penggunaan terlalu banyak variasi pada sebuah halaman akan menyebabkan kebingungan bagi pembaca karena dapat menyulitkan pembaca untuk menentukan informasi yang penting.
2.Penggunaan variasi tertentu harus konsisten pada seluruh bahan ajar. Sebagai contoh, Anda tidak harus menggunakan cetak tebal untuk mengidentifikasi persyaratan baru dalam suatu bab dari buku dan kemudian beralih ke huruf miring untuk fungsi yang sama dalam bab lain. Sebelum Anda memulai menulis, tentukan bagaimana Anda akan menggunakan variasi, dan kemudian jaga konsistensi penulisan.
3.Perpaduan gaya, ukuran dan bentuk tulisan memerlukan pemahaman tentang kesesuaian dan kekontrasan dalam tipografi. Perancang yang kurang pengalaman dalam tipografi harus menghindari pencampuran tipografi dan harus bergantung terutama pada penggunaan huruf tebal, huruf miring, dan variasi ukuran font untuk menandai struktur teks.
1.Penggunaan terlalu banyak variasi pada sebuah halaman akan menyebabkan kebingungan bagi pembaca karena dapat menyulitkan pembaca untuk menentukan informasi yang penting.
2.Penggunaan variasi tertentu harus konsisten pada seluruh bahan ajar. Sebagai contoh, Anda tidak harus menggunakan cetak tebal untuk mengidentifikasi persyaratan baru dalam suatu bab dari buku dan kemudian beralih ke huruf miring untuk fungsi yang sama dalam bab lain. Sebelum Anda memulai menulis, tentukan bagaimana Anda akan menggunakan variasi, dan kemudian jaga konsistensi penulisan.
3.Perpaduan gaya, ukuran dan bentuk tulisan memerlukan pemahaman tentang kesesuaian dan kekontrasan dalam tipografi. Perancang yang kurang pengalaman dalam tipografi harus menghindari pencampuran tipografi dan harus bergantung terutama pada penggunaan huruf tebal, huruf miring, dan variasi ukuran font untuk menandai struktur teks.
C.GAMBAR DAN GRAFIS DALAM PENGAJARAN
Pertimbangan terakhir adalah penggunaan gambar dan grafis dalam pengajaran. Penelitian dan buku yang dapat dijadikan rujukan adalah penelitian Vaez Anglin & Cunningham (2004) dan buku Willows & Houghton (1987) yang mengkhususkan pada studi tentang penggunaan gambar dalam pengajaran dan kemampuan gambar untuk meningkatkan motivasi (Ainswoth, 1999; Peeck, 1993). Pada bagian ini, didiskripsikan tentang keefektifan gambar sebagai bahan pengajaran, fungsi yang dapat dilakukan dengan gambar, dan beberapa pertimbangan umum penggunaan gambar untuk pengajaran.
1.Keefektifan (Evektivitas) Gambar
Terdapat suatu kesepakatan umum bahwa ilustrasi gambar sangat mendukung dalam mempelajari keterkaitan teks informasi. Gambar dapat membantu pembaca untuk mempelajari teks informasi yang diilustrasikan (Levie & Lentz, 1982; Mayer, Hegarty, Mayer & Campbell, 2005). Dan kadang-kadang informasi tekstual dapat terhambat tanpa adanya ilustrasi gambar. Secara partikular, gambar dapat membantu ketika digunakan untuk menunjukkan hubungan spasial (keruangan) yang didiskripsikan pada teks (Peeck, 1987). Representasi gambar juga bermanfaat untuk mengilustrasikan bahan abstrak dan ide pokok dalam teks. Sebagai contohnya, ilustrasi gambar akan sangat membantu ketika diberikan informasi geometri bahwa tinggi segitiga siku-siku ABC yang siku-siku di B terhadap sisi BC memiliki panjang 2,4 cm. Meskipun demikian, tak satupun jenis informasi lebih bermanfaat dari ilustrasi yang lainnya artinya antara teks dan ilustrasi gambar adalah 2 hal yang saling mendukung.
Penelitian yang lebih luas tentang keefektifan dari perbedaan tipe ilustrasi dilakukan oleh Dwyer’s (1970 – 1972). Rangkaian penelitian Dwyers difokuskan pada penggunaan foto, gambar nyata, dan gambar garis-garis sederhana dalam pengajaran. Dwyers menyimpulkan bahwa gambar menjadi paling efektif ketika peserta didik tidak mempunyai cukup waktu untuk melihat ilustrasi presentasi eksternal yang berulang-ulang seperti video rekaman atau ceramah. Jika situasi pembelajaran berulang dengan sendirinya, maka peserta didik lebih mungkin untuk mengambil rincian gambar yang lebih nyata seperti sebuah foto.
Pemberian ilustrasi gambar pada pengajaran tidak menjamin bahwa peserta didik akan memeriksa ilustrasi dan memperoleh keuntungan dari ilustrasi yang diberikan. Mengarahkan perhatian peserta didik terhadap illustrasi dengan cara meminta mereka untuk “memeriksa perbedaan…” tidak selalu effektif (peeck, 1987). Meskipun demikian, peneliti mendapat keberhasilan ketika peserta didik berinteraksi dengan atau mempelajari illustrasi yang diberikan (Dean & Kulhavy, 1981; Winn & Holliday, 1982). Sebagai contoh, peneliti meminta peserta didik untuk memberikan label pada diagram atau gambar, menjawab pertanyaan seputar gambar, atau melacak dan mempelajari sebuah gambar. Mayer (2005) menemukan bahwa gambar statis lebih efektif daripada gambar animasi ketika mengajarkan operasi dari sebuah sistem, dan dia menyarankan agar peserta didik mendapat bimbingan dalam belajar agar gambar animasi menjadi efektif. Menurut Mayer, gambar statis dapat mengurangi proses asing yang dihasilkan pada sumber memori tambahan untuk mengembangkan suatu schema tertentu.
2.Fungsi Gambar
Seseorang dapat memeriksa bahwa kebanyakan buku teks dilengkapi dengan gambar dan juga dapat melihat beraneka ragam model (seperti, sederhana ke rumit, hitam-putih atau berwarna, berbasis garis atau berbasis warna). Dengan pemeriksaan yang lebih teliti terhadap gambar dan prosa, seseorang dapat mengidentifikasi fungsi yang berbeda-beda dari sebuah gambar pada buku teks. Levin (1981) mengidentifikasi terdapat 5 kategori fungsi gambar, dimana setiap fungsi dapat memberikan efek yang berbeda pada pembelajaran. Berikut adalah 5 kategori fungsi gambar yang mungkin digunakan pada setiap rancangan bahan ajar:
Seseorang dapat memeriksa bahwa kebanyakan buku teks dilengkapi dengan gambar dan juga dapat melihat beraneka ragam model (seperti, sederhana ke rumit, hitam-putih atau berwarna, berbasis garis atau berbasis warna). Dengan pemeriksaan yang lebih teliti terhadap gambar dan prosa, seseorang dapat mengidentifikasi fungsi yang berbeda-beda dari sebuah gambar pada buku teks. Levin (1981) mengidentifikasi terdapat 5 kategori fungsi gambar, dimana setiap fungsi dapat memberikan efek yang berbeda pada pembelajaran. Berikut adalah 5 kategori fungsi gambar yang mungkin digunakan pada setiap rancangan bahan ajar:
1)Dekorasi (hiasan). Gambar pada awal bab seringkali tidak mempunyai tujuan lain selain sebagai hiasan dan untuk menandakan bahwa sebuah bab baru akan dimulai. Dari sudut pandang penerbit, muatan dari gambar ini akan meningkatkan penjualan karena dapat membuat teks menjadi lebih menarik. Seorang perancang pengajaran mungkin memandang bahwa gambar adalah penarik minat siswa. Perancang grafis juga menggunakan gambar hiasan pada teks untuk mengakhiri halaman sehingga menarik bagi pembaca. Ide umumnya adalah sebuah halaman yang penuh teks dapat membuat jenuh pembaca. Meskipun demikian, gambar hiasan tidak secara langsung berhubungan dengan informasi teks.
2)Representasi. Ketika sebuah gambar digunakan untuk merepresentasikan manusia, peralatan, benda-benda, sesuatu atau kejadian pada teks atau media lain, maka gambar diklasifikasikan sebagai representasi. Sebagai contoh, perancang mengambarkan sebuah trapesium dengan keterangan tinggi dan sisi-sisi sejajar untuk merepresentasikan tinggi dan sisi-sisi sejajar pada rumus luas trapesium seperti gambar dibawah. Gambar representasional menyediakan referensi konkret untuk informasi verbal yang menjadikan informasi menjadi lebih mudah untuk dipahami dan lebih bermakna bagi pembaca. Gambar representasional ini sering digunakan pada buku anak-anak untuk mengillustrasikan puisi, dongeng, dan cerita. Gambar representasional ini juga digunakan pada bahan pelatihan teknis untuk mengillustrasikan ide-ide baru.
3)Organisasi. Jika kita membaca buku petunjuk perbaikan mobil atau mencoba menggunakan buku petunjuk DVD player, kita mungkin melihat rangkaian gambar yang menunjukkan sebuah fungsi organisatoris. Perancang dapat membuat gambar organisatoris seperti langkah demi langkah bagaimana menyediakan kerangka sebuah teks. Gambar pada buku petunjuk bagaimana memprogam sebuah mesin atau handphone menyediakan peta atau langkah-langkah untuk melengkapi suatu proses. Pada banyak kasus, gambar dapat menyediakan informasi melebihi kata-kata yang bersesuaian dengan setiap gambar. Gambar yang menunjukkan suatu fungsi organisatoris tidak terbatas pada langkah prosedural. Gambar organisatoris ini seringkali digunakan untuk mendiskripsikan berbagai atribut atau fitur-fitur dari sebuah objek (semisal mobil baru) atau sebuah konsep (semisal angin topan). Berikut adalah contoh gambar organisatoris bagaimana langkah-langkah menggambar sudut 30o
4)Interpretasi. Gambar yang membantu peserta didik untuk memahami informasi yang sulit atau abstrak digolongkan menurut fungsi interpretasi. Kehati-hatian dalam memilih gambar dapat menambah kokomprehensifan terhadap suatu bagian melalui penyediaan interpretasi visual terhadap isi informasi. Sebagai contoh, gambar pembagian ruang pada dimensi tiga dibawah. Menurut Levin, Anglin, dan Carney (1987) perbedaan antara fungsi representasi, organisasi, dan interpretasi terletak pada mekanisme pokoknya (semisal bagaimana gambar digunakan). Gambar representasi menjadikan representasi nyata menjadi informasi yang familier. Gambar organisatoris memudahkan keterpaduan terhadap proses suatu bahan. Sedangkan gambar interpretatif menyediakan tambahan kekomprehensifan terhadap bahan yang sulit atau abstrak.
5)Transformasi. Suatu gambar yang menyediakan suatu pembelajaran mnemonic kepada peserta didik menunjukkan adanya suatu fungsi transformasi. Gambar transformasional sangat berguna pada bagian yang membutuhkan hafalan terhadap fakta, karena gambar transformasional dapat meyediakan ilustrasi visual untuk mengingat fakta kepada peserta didik. Suatu gambar transformasional seringkali mengkombinasikan gambar konkret untuk membantu siswa mengingat suatu ide abstrak. Berikut contoh gambar transformasional yang menyediakan mnemonic terkait dengan teorema pythagoras
3.Menggunakan Gambar dalam Pengajaran
Keputusan untuk menggunakan gambar dalam pengajaran dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: 1) manfaat yaitu apakah gambar dapat meningkatkan pembelajaran, 2) ketersediaan gambar atau ilustrasi, dan 3) biaya untuk memproduksi bahan ajar dengan tambahan gambar. Karena faktor pertama telah dibahas sebelumnya maka tinggal 2 faktor lainnnya yaitu:
Keputusan untuk menggunakan gambar dalam pengajaran dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: 1) manfaat yaitu apakah gambar dapat meningkatkan pembelajaran, 2) ketersediaan gambar atau ilustrasi, dan 3) biaya untuk memproduksi bahan ajar dengan tambahan gambar. Karena faktor pertama telah dibahas sebelumnya maka tinggal 2 faktor lainnnya yaitu:
1)Ketersediaaan. Dengan adanya penerbitan desktop, pengajaran berbasis komputer, dan produksi multimedia akan mengenalkan proses dan teknologi baru untuk menggabungkan gambar dan illustrasi dalam bahan ajar. Untuk tujuan tersebut kita akan mengklasifikasikan gambar dalam 3 kategori yaitu seni asli, clip art, dan fotografi.
a.Seni Asli adalah jenis penggambaran yang biasa dilakukan oleh perancang pengajaran, seniman, atau seniman grafis. Secara sederhana penggambaran ini menggunakan pena dan tinta, cat air, atau komputer gambar. Seni asli membutuhkan seseorang dengan kemampuan seni untuk menghasilkan gambar. Komputer gambar dan penyusun program membuat seni asli menjadi relatif sederhana bagi individu dengan kemampuan seni yang terbatas untuk menghasilkan suatu illustrasi. Illustrasi yang lebih kompleks membutuhkan keahlian seni yang lebih, sehingga menggunakan seni asli pada dasarnya meningkatkan biaya dari bahan ajar.
b.Clip art banyak tersedia di CD-Rom dan internet, dimana seorang perancang dapat menemukan banyak variasi foto dan seni garis (gambar garis). Beberapa bahan tersedia dengan biaya murah ataupun gratis, dan kadang lebih murah daripada biaya membuat atau menggambar asli. Clip art menyediakan alternatif yang layak meskipun memiliki kelemahan, salah satu kelemahan clip art adalah keumuman dan ketidaksesuaian dengan kebutuhan perancang atau bahkan sudah ketinggalan jaman. Sebagai contohnya, komputer pada beberapa tahun lalu memiliki kemampuan seni dan akses terhadap seni grafik yang terbatas.
c.Fotografi. Perancang mempunyai pilihan untuk menyewa seorang fotografer untuk mengambil foto yang spesifik, memperoleh sekumpulan foto, atau menyeleksi foto dari CD Rom. Sekali lagi, foto dalam CD Rom sering umum dan tidak se-spesifik yang dibutuhkan terutama yang berkaitan dengan alam. Kamera digital membuat seorang perancang relatif lebih mudah untuk mengambil gambar dan menggabungkannya kedalam bahan ajar. Kualitas foto tergantung pada kemampuan individu dalam mengambil gambar.
2)Biaya reproduksi. Biaya reproduksi bahan ajar adalah faktor akhir yang mempengaruhi penggunaan gambar dalam bahan ajar. Biaya reproduksi gambar jarang diperhatikan jika bahan ajar didistribusikan secara elektronik melalui computer, publikasi web, atau CD Rom. Tetapi biaya reproduksi ini menjadi diperhitungkan ketika sebagian besar gambar memerlukan disk tambahan (memori tambahan) atau ketika mencetak bahan ajar menggunakan warna dan atau foto.
Keakurasian dari reproduksi gambar foto pada bahan kertas memerlukan proses percetakan (offset) sebagai kebalikan dari fotokopi. Sebelum sebuah foto cetak dapat direproduksi, foto terlebih dulu harus diubah ke gambar saringan, sehingga menambah biaya tambahan. Setiap foto harus disaring satu persatu dan siap untuk dicetak. Sedangkan foto digital tidak memerlukan proses seperti ini, karena memakai salinan electronic dan menghasilkan produk yang dapat di copi. Gambar garis hitam-putih tidak menambah biaya tambahan pada penggandaan bahan ajar, karena gambar ini bisa di scan pada computer dan inklut pada teks. Dokumen yang tersusun hanya dari teks dan gambar garis dapat direproduksi dengan mesin fotokopi atau percetakan. Sedangkan penambahan warna untuk teks atau gambar akan menambah biaya reproduksi.
D.RANGKUMAN
1.Setelah menyelesaikan rancangan strategi pengajaran, kita telah siap untuk berkonsentarasi pada bagaimana menyajikan informasi. Pada bab ini, kita telah mendiskripsikan bagaimana menciptakan suatau strategi pra-pengajaran (preinstructional) untuk memfokuskan perhatian peserta didik pada pengajaran, bagaimana memberi tanda aspek yang berbeda dari pengajaran melalui kata dan tipografi, dan yang terakhir bagaimana menggunakan gambar untuk meningkatkan pemahaman peserta didik. Proses merancang pesan ini akan menjadikan komunikasi strategi pengajaran menjadi lebih efektif.
2.Terdapat 4 tipe strategi pra-pengajaran (preinstructional) yang dapat digunakan untuk mengenalkan peserta didik pada isi pengajaran yaitu: pretest, objectives, overviews, dan advance organizers. Masing-masing strategi menunjukkan fungsi yang berbeda dan bekerja dengan struktur isi yang berbeda.
3.Kita dapat meningkatkan komunikasi dari pesan pengajaran dengan jalan menandai struktur teks untuk peserta didik. Pemberian tanda dapat melalui kata petunjuk yang eksplisit, seperti “ disini ada 2 metode…” atau tanda tipografi, seperti cetak tebal atau cetak miring.
4.Gambar dapat memberikan referensi konkret untuk istilah abstrak yang ditunjukkan pada teks. Gambar pada teks dapat memberikan fungsi dekorasi, representasi, organisasi, interpretasi, dan atau transformasi.
Proses ID
Hasil dari bab ini mencakup 2 produk berbeda yaitu strategi pra-pengajaran (preinstructional) dan rencana rancangan pesan. Produk strategi pra-pengajaran (preinstructional) terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama, dasar pemisahan strategi pra-pengajaran (preinstructional) menjadi 4 macam metode, dimana dasar ini mendiskripsikan pertimbangan yang terbaik sesuai dengan fungsi, struktur isi, peserta didik, dan sifat tugas. Dasar lain yang harus diperhatikan adalah hasil analisis tentang peserta didik, analisis tugas, dan analisis tujuan. Untuk membuat keputusan harus mempertimbangkan faktor mana yang lebih berat terhadap projek diantara faktor-faktor seperti fungsi, struktur isi, peserta didik, atau analisis tugas. Bagian kedua adalah rancangan dari strategi pra-pengajaran (preinstructional). Aktivitas perancangan ini akan menghasilkan bagian awal dari unit pengajaran, kita harus merancang strategi ini sedemikian hingga memberikan pengaruh secara akurat terhadap fungsi strategi pra-pengajaran yang dipilih.
2.Terdapat 4 tipe strategi pra-pengajaran (preinstructional) yang dapat digunakan untuk mengenalkan peserta didik pada isi pengajaran yaitu: pretest, objectives, overviews, dan advance organizers. Masing-masing strategi menunjukkan fungsi yang berbeda dan bekerja dengan struktur isi yang berbeda.
3.Kita dapat meningkatkan komunikasi dari pesan pengajaran dengan jalan menandai struktur teks untuk peserta didik. Pemberian tanda dapat melalui kata petunjuk yang eksplisit, seperti “ disini ada 2 metode…” atau tanda tipografi, seperti cetak tebal atau cetak miring.
4.Gambar dapat memberikan referensi konkret untuk istilah abstrak yang ditunjukkan pada teks. Gambar pada teks dapat memberikan fungsi dekorasi, representasi, organisasi, interpretasi, dan atau transformasi.
Proses ID
Hasil dari bab ini mencakup 2 produk berbeda yaitu strategi pra-pengajaran (preinstructional) dan rencana rancangan pesan. Produk strategi pra-pengajaran (preinstructional) terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama, dasar pemisahan strategi pra-pengajaran (preinstructional) menjadi 4 macam metode, dimana dasar ini mendiskripsikan pertimbangan yang terbaik sesuai dengan fungsi, struktur isi, peserta didik, dan sifat tugas. Dasar lain yang harus diperhatikan adalah hasil analisis tentang peserta didik, analisis tugas, dan analisis tujuan. Untuk membuat keputusan harus mempertimbangkan faktor mana yang lebih berat terhadap projek diantara faktor-faktor seperti fungsi, struktur isi, peserta didik, atau analisis tugas. Bagian kedua adalah rancangan dari strategi pra-pengajaran (preinstructional). Aktivitas perancangan ini akan menghasilkan bagian awal dari unit pengajaran, kita harus merancang strategi ini sedemikian hingga memberikan pengaruh secara akurat terhadap fungsi strategi pra-pengajaran yang dipilih.
Produk dari rancangan pesan adalah sebuah rencana dan sebuah kumpulan contoh (template) untuk unit pengajaran. Proses perancangan pesan yang baik diawali dengan melakukan analisis tugas dan mengidentifikasi struktur teks, kemudian membuat catatan tentang kata kunci dan tanda tipografi yang akan digunakan untuk mengingatkan pembaca pada bagian yang penting. langkah ini juga merupakan waktu yang tepat untuk mengidentifikasi gambar yang dibutuhkan serta melakukan pengaturan clip art, illustrasi, atau foto. Langkah selanjutnya dalam perancangan pesan adalah proses mengolah kumpulan contoh (template) kata yang meliputi berbagai gaya untuk judul, teks, daftar dan sebagainya. Pengolahan template adalah metode terbaik untuk memberikan konsistensi dalam pengajaran atau ketika suatu proyek dikerjakan bersama-sama oleh lebih dari satu perancang.
Aplikasi
Asumsikan kamu bekerja pada sebuah perusahaan energi pada bagian pengembangan pelatihan untuk proses penambangan uranium. Kamu bertanggung jawab melakukan penggembangan pelatihan yang sesuai dengan anjuran pemerintah. Kegagalan dalam merancang dan menawarkan pelatihan dapat mengakibatkan tindakan hukum terhadap perusahaan. Tugas pertama dalam pelatihan adalah merancang bagaimana membuang tumpahan air limbah dari salah satu sumur injeksi yang memompa air kedalam saluran uranium. Para insinyur pertambangan dan operator lapangan mempunyai cara tradisional seperti menumpahkan dan membiarkan air tersebut meresap kembali ke dalam tanah. Bagian pengembangan yang kamu tangani membutuhkan aktivitas pembuangan yang tepat yang bertentangan dengan praktek di lapangan. Kegagalan dalam pembuangan air limbah dan terjadinya pencemaran tanah dapat menyebabkan denda yang cukup besar terhadap perusahaan.
Berdasarkan informasi ini, strategi pra-pengajaran mana yang kamu pilih dalam pengajaran? Jelaskan alasanmu.
Personil penjualan dan perwakilan dari perusahaan pembuatan plastik anda meminta agar mereka memiliki akses nirkabel ke server penjualan sehingga mereka dapat mengakses data dari lapangan ataupun dari rumah, manajemen telah menolak selama beberapa tahun, tetapi akhirnya setuju untuk menyediakan akses melalui penyedia jasa layanan internet nasional. Sebagai perancang pengajaran senior, kamu ditugaskan untuk menyiapkan kursus pelatihan dalam 3 jam, tentang bagaimana mengakses server menggunakan saluran komunikasi serta masuk pada server. Stretegi pra-pengajaran mana yang kamu pilih? Jelaskan alasanmu.
Jawaban
Salah satu faktor utama dalam perancangan strategi pra-pengajaran pada bagian pertambangan uranium adalah peserta pelatihan. Calon peserta pelatihan menggunakan sebuah praktek yang tidak dapat mereka terima dan mungkin menganggap praktek ini sebagai pekerjaan yang "membuang-buang waktu". Dengan demikian, kita dapat berargumen secara kuat bahwa fungsi dari strategi yang dipilih harus tepat menginformasikan pada peserta didik tentang apa yang
diharapkan. Tujuan perilaku akan menunjukkan fungsi ini. Demikian pula, kita mungkin mempertimbangkan sebuah overview yang mempersiapkan peserta didik untuk tugas tersebut. Sekilas kita mungkin mengambil bentuk studi kasus yang menggambarkan masalah hukum dari sebuah perusahaan yang mengabaikan metode pembuangan yang tepat.
Para peserta didik pada contoh kedua telah akrab dengan tugas (task attribute)
menggunakan server, dan proses ini sangat terstruktur. Peserta didik akan berkisar dari mereka yang berkemampuan rendah sampai mereka yang berkemampuan tinggi serta dari yang belum punya kematangan hingga yang punya kematangan yang tinggi. Fungsi dari tugas yang diberikan mungkin akan mengarahkan keputusan Anda untuk memilih sebuah objective atau overview sebagai strategi pra-pengajaran (preinstructional) Anda .
Unit yang baru akan menyediakan kesempatan bagi Anda untuk mengembangkan pengajaran bagi peserta didik dengan motivasi yang sangat tinggi. Akses ke informasi penjualan dapat menyebabkan peningkatan penjualan, sehingga dapat mengakibatkan peningkatan pendapatan bagi peserta pelatihan. Para peserta didik yang menjadi peserta pelatihan telah menggunakan data pada server perusahaan, sehingga mereka telah akrab dengan sebagian tugas yang dihadapi, hanya saja mereka kurang akrab dengan prosedur melakukan akses nirkabel (akses melalui jaringan internet).
Prosedur ini sangat terstruktur, dan peserta didik adalah mereka yang memiliki kemampuan menengah ke atas. Tugas ini cukup mudah tetapi durasi waktunya cukup pendek. Mengingat format pengajaran berupa workshop/lokakarya, durasi waktu pengajaran, dan motivasi peserta didik, objectives menjadi pilihan yang tepat untuk strategi pra-pengajaran (preinstructional). Sebuah advance organizer juga merupakan pilihan yang layak yang memenuhi struktur dominan
dan kebutuhan untuk menghafal langkah-langkah individual.
KUALITAS MANAJEMEN
Uji kualitas yang pertama adalah menentukan apakah strategi pra-pengajaran (preinstructional) yang telah dipilih benar-benar memberikan kesesuaian antara peserta didik dan pengajaran. Untuk mengujinya dapat menggunakan kriteria sesuai tabel pada penggolongan strategi pra-pengajaran. Ketika kita sedang mengembangkan strategi pra-pengajaran, maka kita harus tetap fokus pada peserta didik dan mempertimbangkan apa yang dapat membantu mereka untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti pengajaran.
Uji kualitas yang kedua adalah berfokus pada unit perancangan pesan. Pertama, Pastikan bahwa Anda telah memilih ilustrasi yang tepat untuk mengilustrasikan pengajaran. Apakah ilustrasi tersebut akurat? Apakah ilustrasi masih terbaca ketika direproduksi? Apakah sudah memperoleh izin hak cipta atau sudah membayar royalti yang diperlukan?. Kedua, saat Anda mengedit bahan, cobalah untuk mengidentifikasi struktur teks yang berbeda sesuai tabel struktur teks dan kemudian gunakan kata-kata kuci tertentu yang sesuai untuk mengingatkan peserta didik. Ketiga, periksa judul Anda. Apakah judul tersebut menyampaikan struktur teks? Dapatkah pembaca secara mudah mengidentifikasi judul yang berbeda? Apakah judul berbeda dari teks maupun antara judul yang satu dengan judul yang lain?
RANCANGAN PENGAJARAN: PILIHAN DAN KEPUTUSAN
Anda mungkin pernah gatal/tidak sabar untuk sampai pada komponen kreatif dari rancangan pengajaran. Tapi anda harus tetap sabar dan disiplin serta menyadari bahwa perancang yang meremehkan atau melewatkan analisis biasanya membuat pengajaran menjadi tidak efektif dan banyak membuang waktu karena harus melakukan banyak pengerjaan ulang.
Anda harus mulai dengan membangun sebuah rencana rancangan secara keseluruhan (lihat matriks berikut). Rencana rancangan dapat memberikan garis-garis haluan pengajaran dan berguna untuk perencanaan kelas serta bahan ajar yang dapat digunakan secara berulang-ulang. Anda memutuskan untuk menggunakan sebuah overview sebagai strategi pra-pengajaran (preinstructional) dengan memberikan masalah tentang kebakaran di ruang surat yang menyebabkan kerusakan yang luas karena tidak ada yang mencoba untuk memadamkan api kecil yang kemudian menyebar setelah semua karyawan keluar dari gedung. Kisah bencana kebakaran meningkatkan motivasi peserta didik dan membuat jelas pentingnya pengajaran yang diberikan
Perhatikan bahwa kolom "Strategi pengajaran" mengidentifikasi media (jika ada) yang akan digunakan untuk presentasi awal serta referensi singkat pada
strategi generatif (pembangkitan)
Urutan
Rancangan
|
Diskripsi
|
Objective
|
Waktu
|
Strategi
Pengajaran
|
Strategi
Pra-pengajaran
|
Overview (Ikhtisar) kisah bencana kebakaran
|
-
|
3 menit
|
|
Pengajaran
(latar belakang konsep)
|
Bagaimana awal mula kebakaran
Tipe kebakaran
|
1,2,3,4
|
10 menit
|
Presentasi
awal dengan slide
|
Tipe alat pemadam
|
Generative
presentasi
|
|||
Memilih alat pemadam kebakaran
|
Kegiatan
praktek peserta didik
|
|||
Pengajaran
(prosedur)
|
Prosedur darurat
|
5
|
10 menit
|
Presentasi
dengan slide
Kegiatan
praktek peserta didik (sketsa video)
Diskusi
|
Pengajaran
(prosedur)
|
Bagaimana
menggunakan alat pemadam
|
6
|
25 menit
|
Praktek (di
luar ruangan di lapangan terbuka)
|
Posttest
|
Tes tulis
|
-
|
10 menit
|
Sekarang Anda siap untuk memulai merancang bahan materi pengajaran. Gambar 8-7 dan 8-8 adalah beberapa contoh grafik yang dapat dibuat:
Jenis
Kebakaran
|
|
Kelas
A
|
Bahan padat (kertas,
kayu, kain, sampah, plastik)
|
Kelas B
|
Cairan mudah terbakar
(minyak goreng, bensin)
|
Kelas C
|
Peralatan
listrik
|
Kelas D
|
Logam
(magnesium, aluminium)
|
[Tata letak dan penggunaan elemen tipografi untuk memfasilitasi pemahaman yang cepat terhadap konten. Perhatikan bagaimana huruf tebal, ukuran font, dan lekukan mempengaruhi bagaimana Anda membaca slide ini. Dengan memasukkan keempat klasifikasi tipe kebakaran pada satu slide, peserta didik dapat membandingkan bagaimana kelas kebakaran berhubungan satu sama lain. Penggunaan gambar akan membuat slide ini sulit untuk dibaca. Terakhir , perhatikan bagaimana contoh telah menjadi subordinat dengan tanda kurung.]
[gambar visual ini menyoroti fitur kunci untuk membantu pelajar membedakan antara ketiga jenis alat pemadam kebakaran. Perhatikan bahwa ukuran setiap pemadam ditampilkan dalam proporsi yang relatif antara satu sama lain. Ukuran alat pemadam, adanya pengukur tekanan, dan bentuk nozzle adalah karakteristik kunci. Perhatikan bagaimana ilustrasi gambar dapat menghilangkan semua isyarat yang tidak relevan. Perhatikan juga bahwa label pada setiap alat pemadam dapat memperkuat pengajaran. Namun, inkonsistensi label pada alat pemadam C02 akan menghambat kemudahan belajar. Alat pemadam jenis Air dan jenis kimia kering membuat jelas perbedaaan tipe kebakaran yang terjadi, tetapi alat pemadam C02 tidak menunjukkan perbedaaan tipe kebakaran (B dan C).]