PEMBENTUKAN KONSEP-KONSEP MATEMATIKA (Terjemahan BAB 2 Buku THE PSHYCOLOGY OF LEARNING MATHEMATICS oleh Richard Skemp) | MATEMATIKA

CARI

PEMBENTUKAN KONSEP-KONSEP MATEMATIKA (Terjemahan BAB 2 Buku THE PSHYCOLOGY OF LEARNING MATHEMATICS oleh Richard Skemp)


Oleh Richard R. Skemp
Dua istilah yang telah kita pelajari pada bab pendahuluan adalah konsep dan skema. Dalam bab ini kita akan memeriksa apa yang dimaksud dengan konsep dan bagaimana kita membentuk, menggunakan dan berkomunikasi dengan konsep.
PEMBENTUKAN KONSEP-KONSEP MATEMATIKA

Selamat Berbahagia Sahabat Mathematics, dalam Share materi kali ini Tutorial Matematika Online membahas PEMBENTUKAN KONSEP-KONSEP MATEMATIKA (BAB 2)
1.        Mengabstrakkan dan Mengklasifikasikan
Istilah konsep telah banyak digunakan, namun tidak mudah untuk mendefinisikannya. Sehingga akan digunakan pendekatan dengan berbagai contoh untuk dapat mendefinisikan sebuah konsep. Karena konsep matematika adalah konsep yang paling abstrak, maka kita akan membahasnya sampai tuntas.
Pertama, dua contoh pra-verbal. Seorang bayi berusia dua bulan, setelah selasai menghisap botolnya, merangkak ke lantai ruang tamu ke tempat botol susu kosong yang terletak diantara dua botol anggur kosong. Seorang anak berusia dua tahun melihat bayi di lantai tersebut, kemudian anak tersebut memberikan perlakuan yang sama layaknya seekor anjing yang pernah ia lihat, dengan menepuk di kepala dan membelai punggungnya, karena ia belum pernah melihat bayi merangkak sebelumnya.
Dalam kedua kasus diatas, perilaku anak-anak tersebut menyiratkan; satu, semacam klasifikasi pengalaman mereka sebelumnya; dua, mengaitkan pengalaman terbaru mereka dengan pengalaman sebelumnya. Kita semua melakukan hal tersebut sepanjang waktu, yaitu membawa pengalaman masa lalu pada situasi saat ini. Kegiatan ini berlangsung terus menerus, dan otomatis menghasilkan hal-hal yang tak terduga.
Pada tingkat yang lebih rendah, setiap kali kita mengenali sebuah obyek, kita mengklasifikasikannya seperti obyek yang telah kita lihat sebelumnya.  Dua obyek berbeda yang kita terima mungkin sama, karena kita melihat kedua objek tersebut pada jarak, sudut, dan juga cahaya yang berbeda. Dari berbagai data yang masuk, kita mengabstrakkan sifat-sifat invarian tertentu dan sifat-sifat tersebut bertahan dalam memori lebih lama daripada memori tentang bentuk tertentu dari suatu objek.

Dalam diagram, c1, c2, ... merupakan pengalaman masa lalu berturut-turut tentang obyek yang sama; misalnya, sebuah kursi. Dari sebuah kursi, kita mengabstrakkan sifat umum tertentu, yang diwakili oleh C pada diagram. Setiap Cn pengalaman lebih lanjut menguatkan C, dan kursi tersebut diakui. Setiap pengalaman yang digambarkan dalam C1, C2, C3, ..., Cn dan kombinasinya dialami bersama dan memiliki kesamaan.

 Selanjutnya kita akan mengalami abstraksi lebih lanjut. Dari kursi tertentu, kita dapat mengabstraksikan lebih lanjut, yaitu dengan memunculkan Ch dengan melalui C, C’, C’’, .... yang nantinya dengan karakteristik tersebut akan membawa kita ke tingkat lanjut, misalnya fungsinya atau sifat fisiknya. Cara mengabstraksikan kursi, dapat diterapkan untuk mengabstraksikan benda yang lain, misalnya meja, karpet, dan sebagainya.
Mengabstrakkan adalah sebuah aktivitas dimana kita menyadari adanya kesamaan antara suatu obyek. Mengklasifikasikan berarti mengumpulkan bersama-sama pengalaman kita atas dasar kesamaan antara suatu obyek. Sebuah abstraksi adalah perubahan mental jangka panjang, hasil mengabstrakkan, yang memungkinkan kita mengakui pengalaman baru yang mempunyai kesamaan yang telah dibentuk. Untuk membedakan antara mengabstraksi sebagai suatu aktivitas, dan abstraksi sebagai hasil akhir, maka abstraksi sebagai hasil akhir disebut dengan konsep.
Sebuah konsep diperlukan untuk pembentukan sejumlah pengalaman yang umum. Konsep berasal dari pengalaman sehari-hari, dan contoh-contoh dalam pembentukan konsep terjadi secara acak, serta mempunyai tenggang waktu. Pada umumnya, obyek yang lebih sering ditemui akan dikonsepkan dengan lebih cepat. Namun, terdapat faktor lain yang membuat pengonsepan tersebut menjadi lebih sederhana, salah satunya adalah kontras. Pada diagram berikut, bentuk X terlihat lebih menonjol daripada lima bentuk yang lain.

 Objek yang lebih menonjol dari lingkungannnya cenderung lebih mudah diingat.

2.        Penamaan
Perbedaan antara konsep dan namannya adalah satu hal yang penting bagi diskusi kita. Konsep adalah sebuah ide, nama dari konsep adalah suara, atau tulisan yang terkait dengannya. Asosiasi ini dapat terbentuk setelah konsep telah terbentuk, atau dalam proses pembentukan konsep. Jika suatu nama yang sama didengar atau dilihat setiap kali kita menemukan sebuah contoh, pada saat itu sebuah konsep terbentuk dan  nama menjadi  begitu melekat. Sebagai contoh, antara angka (yang merupakan konsep-konsep matematika) dan nomor(nama yang kita gunakan untuk angka).
Penamaan dapat juga berguna untuk pembentukan konsep baru. Mendengar nama yang sama dengan pengalaman yang berbeda akan mudah mempengaruhi kita  untuk mengumpulkan mereka bersama dalam pikiran kita, dan meningkatkan kesempatan kita untuk mengabstrakkan persamaan intrinsik mereka (berbeda dengan ekstrinsik yang menyebutnya dengan nama yang sama). Percobaan dapat juga menunjukkan bahwa menghubungkan nama yang berbeda dengan kelas yang berbeda karakteristiknya membantu kita untuk mangklasifikasikan contoh selanjutnya dengan benar, walaupun jika contoh selanjutnya tidak diberi nama. Nama membantu untuk memisahkan kelas mereka.

3.        Komunikasi konsep
Bahasa dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan konsep, melalui proses mengumpulkan dan memisahkan kontribusi dari contoh dan bukan contoh. Sebagai contoh, terdapat dua cara yang kita dapat lakukan untuk mengkomunikasikan warna merah. Pertama, dengan cara memberikan definisi merah.  Merah adalah warna yang kita alami dari cahaya dengan panjang gelombang di wilayah 0-6 mikron. Namun definisi ini kadang tidak berhasil  membuat seseorang memiliki konsep merah. Kedua, dengan menunjuk objek-objek tertentu yang berwarna merah. Dengan cara ini kita akan membuat seseorang memiliki konsep dari merah dalam waktu bersamaan.
Kemudian, jika kita ingin mengkomunikasikan konsep warna pada seseorang, kita dapat mengumpulkan beberapa contoh warna untuknya; misalnya merah, biru, hijau, kuning, dan sebagainya sehingga konsep warna akan terbentuk. Selanjutnya, jika dia sudah mendapat konsep ini dalam pikirannya, maka dengan mengumpulkan beberapa kata untuk warna tersebut, kita dapat mengaturnya untuk mengumpulkan bersama beberapa konsep. Penamaan (atau beberapa simbolisasi lain) adalah faktor penting dari abstraksi, dan tidak hanya sebagai tambahan.
Terdapat dua macam konsep,
1.    Konsep primer; yaitu konsep yang berasal dari pengalaman sensorik dan motorik. Misalnya: merah, mobil, berat, panas, manis dan sebagainya.
2.    Konsep sekunder; yaitu konsep yang diabstrakkan dari konsep-konsep yang lain. Jika konsep A adalah contoh dari konsep B, maka kita dapat mengatakan bahwa B mempunyai tingkat yang lebih tinggi dari A. Artinya B lebih abstrak dari A. Kemudian, jika A adalah sebuah contoh dari B, dan B dari C, maka C mempunyai tingkatan yang  lebih tinggi dari  A dan B, yang artinya C lebih abstrak dari A dan B. Perbandingan ini hanya dapat dibuat diantara konsep pada hirarki yang sama.
Cara lain dalam mengkonunikasikan sebuah konsep dapat dilakukan dengan cara berikut. Misalnya jika seseorang bertanya “apa warna magenta?” dan kita tidak dapat menemukan objek yang berwarna, maka kita dapat mengatakan padanya, magenta adalah warna, antara merah dan biru, agak lebih ke biru daripada merah. Jika dia sudah mempunyai konsep biru dan merah, maka dengan mudah dia dapat membentuk konsep magenta tanpa pernah melihat warna ini.
Dalam matematika, bagaimanapun, tidak hanya konsep yang jauh lebih abstrak daripada kehidupan sehari-hari, tetapi sebagian besar bagian arah pembelajaran mempunyai abstraksi lebih besar. Komunikasi konsep matematika adalah jauh lebih sulit, pada kedua komunikator dan penerima. Masalah ini akan dibahas selanjutnya.
Salah satu konsekuensi lain dari prinsip ini, bahwa konsep yang lebih tinggi tingkatannya tidak dapat dikomunikasikan dengan definisi. Ini berarti bahwa konsep itu sendiri tidak dapat didefinisikan sehingga dibutuhkan konsep tertentu untuk menjadi contoh dari konsep ini. Namun, kita dapat mendeskripsikan beberapa karakteristik dari konsep, mendiskusikan bagaimana fungsinya dan membangun pengertian umum tentang ide dengan menghubungkannya pada ide-ide lain. Sama halnya dengan matematika, matematika tidak dapat didefinisikan dengan jelas tetapi hanya dapat dicontohkan.

4.        Konsep sebagai warisan budaya
Kriteria untuk memiliki sebuah konsep tidak hanya dapat menyebut namanya, tetapi dari perilaku dalam cara menunjukkan mengklasifikasikan data baru sesuai dengan kesamaan yang dipakai untuk membentuk konsep. Ada dua cara untuk mengembangkan dan memfungsikan konsep. Pertama, dengan menunjukkan sebuah contoh dari konsep tersebut. Kedua, dengan mendengarkan, membaca atau yang lain yang membuat kita menyadari nama atau simbol lain dari suatu konsep.  Hal ini berhubungan dengan kemampuan abstrak, karena semakin kuat konsep yang dimiliki tidak didasarkan pada data yang masuk akal langsung tetapi pada kesamaannya dengan konsep terdahulu yang telah dimiliki.
Konsep adalah cara pengolahan data yang memungkinkan pengguna untuk membawa pengalaman berguna masa lalu untuk diterapkan pada situasi sekarang. Setiap individu memiliki konsep untuk membentuk lingkungan sendiri secara langsung. Tanpa bahasa, konsep-konsep utama tidak dapat dibawa bersama-sama untuk membentuk konsep tingkat tinggi. Selain itu, konsep-konsep masa lalu, yang dengan susah payah terabstrakkan, perlahan-lahan terakumulasi oleh generasi berturut-turut, menjadi tersedia untuk membantu setiap individu membentuk sistem konseptualnya sendiri.

5.        Kekuatan Pemikiran Konseptual
Pemikiran konseptual menganugerahkan pada pengguna kekuatan yang luar biasa untuk menyesuaikan perilakunya dengan lingkungan, dan untuk membentuk lingkungannya, agar sesuai dengan kebutuhan sendiri. Hasil sebagian pelepasan konsep dari data yang dirasakan saat ini dan perilaku, dan manipulasi bebas mereka.
Kekuatan konsep juga berasal dari kemampuan mereka untuk menggabungkan dan berhubungan dengan pengalaman berbeda, dan kelas pengalaman. Semakin abstrak konsep, semakin besar kekuasaan mereka untuk melakukan hal ini. Satu set fakta dapat digunakan hanya dalam keadaan mana mereka berasal, sedangkan teori yang tepat memungkinkan kita untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan sejumlah peristiwa besar tertentu yang berkaitan.
Kekuatan pemikiran konseptual berkaitan dengan sempitnya rentang perhatian kita. Memori jangka pendek kita hanya dapat menyimpan, rata-rata, 7 kata atau simbol lainnya. (Rentang yang biasanya dikutip adalah 3-7). Jadi, semakin tinggi urutan konsep yang mewakili simbol-simbol ini, semakin besar pengalaman yang disimpan mereka.
 Matematika adalah konsep yang paling abstrak, sehingga paling kuat dari semua sistem teoritis. Bagi siswa yang tidak serius dalam belajar matematika di sekolah, mereka tidak akan menemukan kenikmatan dan hanya mendapat sedikit keuntungan dalam belajar matematika. Padahal sebagian siswa mengalami proses belajar yang menarik dan menyenangkan, meskipun banyak menemui kesulitan.

6.        Pembelajaran Konsep Matematika
Banyak pengetahuan sehari-hari yang kita pelajari langsung dari lingkungan kita, dengan keterlibatan konsep yang tidak terlalu abstrak. Masalah khusus dalam matematika terletak pada keabstrakkan yang besar dan umum, dicapai oleh generasi-generasi yang cerdas, atau generalisasi konsep generasi sebelumnya. Para pelajar sekarang harus memproses, bukan data mentah, tetapi sistem pengolahan data-matematika yang ada. Hal ini tidak hanya memberikan keuntungan yang beragam, namun siswa mampu memperoleh ide-ide untuk mengembangkan usaha masa lalu. Matematika tidak dapat dipelajari langsung dari matematikawan lain. Sehingga ini membuat siswa sangat tergantung pada guru-gurunya
Prinsip-prinsip dari pembelajaran matematika antara lain:
1.    Konsep yang lebih tinggi tingkatannya tidak dapat dikomunikasikan dengan definisi tetapi hanya dengan menggunakan contoh-contoh.
2.    Karena dalam matematika contoh-contoh ini hampir selalu berkaitan dengan konsep lainnya, maka terlebih dahulu konsep awal  harus sudah terbentuk dalam pikiran pelajar.
Guru yang baik, secara intuisi membantu membentuk definisi dengan contoh-contoh. Contoh-contoh yang diberikan harus memiliki kesamaan sifat-sifat yang membentuk konsep, dan tidak memiliki makna atau persepsi lain. Dengan kata lain, siswa harus sama dalam cara mengabstrakkan.
           Beberapa anak Afrika mempelajari teorema Pythagoras. Telah disalin sebuah segitiga siku-siku dari papan tulis, dan mereka diminta untuk membuat persegi di setiap sisinya. Hal ini mereka lakukan dengan benar untuk dua sisi yang lebih pendek, tapi sebagian besar merasa kesulitan ketika mereka mencoba untuk menggambar persegi di hypotenusa tersebut. Banyak dari mereka menarik sesuatu seperti terlihat pada gambar c.
Untuk prinsip kedua dalam kedua prinsip di atas, proses abstraksi mungkin lebih mudah jika konsep-konsep tingkat rendah lebih dikuasai. Berarti sebelum kita mencoba untuk menyampaikan suatu konsep baru, kita harus mencari tahu apa pendukung konsep tersebut; dan untuk masing-masing, kita harus mengetahui konsep pendukung tersebut; dan seterusnya, sampai kita mencapai konsep-konsep baik primer, atau pengalaman yang kita dapat mengasumsikan sebagai ‘pemberian’.
Ada dua konsekuensi lain dari prinsip kedua. Yang pertama adalah bahwa dalam membangun struktur abstraksi berturut-turut, tingkat tertentu harus dipahami secara sempurna. Ketergantungan dalam matematika mungkin lebih besar daripada subjek lain. Siswa tidak mungkin dapat memahami aljabar tanpa benar-benar memahami aritmatika, karena itu banyak siswa belajar untuk melakukan manipulasi aritmatika dengan memahami secara sempurna prinsip-prinsip mendasar pada aritmatika umum. Itulah yang membuat matematika tetap menjadi buku tertutup bagi mereka. Bahkan mereka yang mendapatkan ke sebuah awal yang baik bisa melalui absensi, kekurangan perhatian, kegagalan untuk mengikuti kecepatan kelas, atau alasan lain, gagal untuk membentuk konsep-konsep dari beberapa tahapan tertentu.
Konsekuensi lain (prinsip kedua) adalah konsep pendukung yang dibutuhkan  harus tersedia untuk setiap abstraksi tahap baru. Hal ini tidak cukup bagi pelajar untuk belajar berada di beberapa waktu di masa lalu, sehingga konsep pendukung harus dapat dengan mudah diakses bila diperlukan.

7.        Belajar dan Mengajar
Dalam pembelajaran matematika, meskipun kita harus menciptakan semua konsep baru dalam pikiran kita sendiri, kita hanya dapat melakukan ini dengan menggunakan konsep matematikawan terdahulu. Hal ini membuat pembelajaran matematika, khususnya dalam tahap awal, dan untuk rata-rata siswa, sangat tergantung pada pengajaran yang baik. Untuk mengetahui matematika adalah satu hal tersendiri, dan hal yang paling kurang pada saat ini adalah untuk mengajarkannya dengan mengkomunikasikan matematika kepada siswa  di tingkat konseptual rendah. Akibatnya, banyak siswa yang takut dan tidak menyukai matematika di sekolah
Banyak upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki hal ini, misalnya dengan pengenalan silabus baru, presentasi lebih menarik, serial televisi, dan sarana lainnya. Upaya ini semua akan menjadi nilai yang lebih besar jika mereka mengkombinasikan dengan kesadaran yang lebih besar pada keterlibatan proses mental  dalam pembelajaran matematika.

KESIMPULAN
  • Mengabstrakkan adalah sebuah aktivitas dimana kita menyadari adanya kesamaan antara suatu obyek.
  • Mengklasifikasikan berarti mengumpulkan bersama-sama pengalaman kita atas dasar kesamaan antara suatu obyek.
  • Abstraksi (konsep)  adalah perubahan mental jangka panjang, hasil mengabstrakkan, yang memungkinkan kita mengakui pengalaman baru yang mempunyai kesamaan yang telah dibentuk.
  • Konsep terbentuk berdasarkan pengklasifikasian pengalaman atas kesamaan antara sifat-sifat suatu obyek yang telah diabstrakkan hingga mampu bertahan dalam memori yang cukup lama.
  • Penamaan berguna dalam pembentukan konsep baru, karena ketika mendengar nama obyek yang sama dalam pengalaman yang berbeda kita akan dengan mudah mengklasifikasikannya dan kemudian mengabstrakkannya. Adanya bahasa akan dapat mempercepat pembentukan konsep.
  • Matematika adalah konsep yang paling abstrak, dan paling kuat dari semua sistem teoritis. Akibatnya, banyak siswa yang takut dan tidak menyukai matematika di sekolah
  • Terdapat dua prinsip dalam mempelajari matematika:
a.    Konsep yang lebih tinggi tingkatannya, tidak dapat dikomunikasikan melalui suatu definisi, tetapi dapat dikomunikasikan  hanya dengan cara mengarahkannya untuk menemukan sekelompok contoh yang sesuai.
b.    Karena dalam matematika contoh-contoh ini hampir selalu berkaitan dengan konsep lainnya, maka terlebih dahulu konsep awal  harus sudah terbentuk dalam pikiran siswa.