Laporan Smith
(2004) (dalam Dickinson, 2010) didorong banyak kepentingan dalam aplikasi
matematika dan mendukung peserta didik menjadi matematis terpelajar.
Konsekuensi dari Laporan Smith termasuk pengenalan penilaian General
Certificate of Secondary Education (GCSE) dalam matematika yang menggunakan
lebih dari pertanyaan kontekstual dan uji coba dari "twinned pair"
dari GCSE, salah satunya fokus
sepenuhnya pada penerapan matematika. Masalah utama bagi sebagian besar
pendidik adalah bagaimana mendukung peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
aplikasi serta terbiasa belajar yang berkaitan dengan matematika tanpa
memisahkan hal tersebut dan meningkatkan waktu yang dialokasikan untuk mengajar
matematika.
GCSE Metode dalam
Matematika adalah salah satu dari sepasang kualifikasi matematika terkait yang
akan menilai aspek-aspek kunci dari matematika. Hal ini juga akan mencakup:
1. Mengembangkan keterampilan dalam
berpikir, penalaran dan pemecahan masalah berlatih teknik dasar dalam angka,
Aljabar dan Geometri
2.
Menerapkan
teknik ini dalam memecahkan masalah dalam konteks matematika
3.
Menghargai
pentingnya komunikasi yang jelas, pembenaran dan bukti sederhana.
Bersama-sama, pasangan terkait
kualifikasi matematika (yang mencakup Aplikasi Matematika ) mencakup semua
keterampilan dan isi dari GCSE Matematika tunggal tetapi akan memiliki
kedalaman yang lebih besar dari penilaian. Ini akan memberikan dasar yang kuat
untuk studi lebih lanjut dalam subjek.
Makalah ini membahas
dugaan bahwa kemungkinan untuk mengembangkan keterampilan pengetahuan yang baik
content knowledge dan pemecahan masalah menggunakan pendekatan yang berdasarkan
Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
Note : Content
Knowledge adalah pengetahuan terbaru tentang materi atau subjek
yang dipelajari atau diajarkan
B. Matematika
di Inggris
Kurikulum matematika di Inggris telah mengalami
perubahan yang radikal dalam lima belas tahun terakhir dengan pengenalan
berbagai bentuk penilaian formal dan informal, penekanan pada keterampilan
fungsional dan saran yang diberikan untuk membantu pelajar. Penelitian terbaru menyarankan bahwa
walaupun terdapat sedikit bukti investasi dalam matematika tetapi standar
matematika telah meningkat. (Hodgen 2009)
(dalam Dickinson, 2010)
Strategi
yang jelas efektif dalam merubah
beberapa pola perilaku guru-guru dan menggeser penekanan pada bagian yang
berbeda dalam kurikulum matematika. Namun, karya Anghileri (2002), Brown (2003)
dan Hodgen (2009)
menyarankan bahwa kemungkinan ada alasan yang meragukan untuk meyakini
perubahan ini telah efektif seperti yang diharapkan pemerintah. Meskipun jelas
peningkatan jangka pendek sebagai ukuran dari tahap penilaian, Smith (2004),
Brown (2003), Anghileri (2002) and Hodge (2009)
menyoroti kekhawatiran tentang pemahaman konsep jangka panjang, kefasihan
prosedur, dan kemampuan menerapkan matematika. Memang Askew (2010)
berpendapat bahwa di Inggris kefasihan procedural dan pemahaman kenseptual
dipandang besar sebagai tujuan utama yang saling bergantung. (Dickinson, 2010)
Laporan Smith (2004) (dalam Dickinson, 2010), menyarankan perlunya
“…tantangan besar…pemecahan masalah yang sulit dalam keadaan yang tidak biasa,
(dan) pemaham yang lebih besar dalam keterkaitan matematika…” laporan itu juga
menunjukkan bahwa keterampilan matematika yang dikembangkan oleh siswa-siswa usia 16 tahun tidak fokus dengan “
perkembangan matematika yang
dibutuhkan di tempat kerja…pemodelan matematika atau…semua masalah
dalam konteks dunia nyata.” Smith juga menyarankan bahwa dalam perbandingan
istilah “ Inggris tertinggal jauh dari pesaing Eropa” dalam hal jumlah
siswa-siswa yang mencapai kualifikasi tingkat 2. Hodgen (2009), mengatakan
ketika melewati ujian secara dramatis selama 30 tahun terakhir, pemahaman
dasar siswa-siswa telah sedikit berubah.
Singkatnya, kita lihat di atas sebagai bukti akan
kebutuhan untuk mengeksplorasi dan mengembangkan pengajaran yang praktis dalam
pendidikan matematika untuk membantu siswa-siswa memahami konsep, meningkatkan
keterampilan memecahkan masalah dan menggunaknnya dalam dunia nyata.
C. Matematika di Belanda
Freudenthal Institute, Utrecht University yang
didirikan pada tahun 1971 merasakan perlu meningkatkan kualitas mengajar
matematika di sekolah-sekolah Belanda. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan strategi
penelitian, pendekatan mengajar dan teori pengajaran matematika yang disebut
Pendidikan Matematika Realistik (PMR). PMR menggunakan konteks realistis dan
gagasan
tentang kemajuan formal untuk membantu siswa-siswa mengembangkan kemampuan
matematika. Keistimewaan utama PMR adalah secara serempak dan meningkatkan
pengembangan konseptual serta pengetahuan prosedural. Siswa-siswa ikut terlibat
dalam masalah dan skenario menggunakan akal/intuisi, bekerja sama dengan siswa
yang lain, dinilai kegiatannya dan sesuai dengan perintah guru dan petunjuk
buku.
Pada tahap awal, PMR saling berkaitan dengan
pendekatan yang dilakukan di Inggris ketika investigasi dan strategi pemecahan
masalah yang digunakan, dimana siswa didorong menjadi sebuah kelas, untuk
mendiskusikan pekerjaan mereka dan membahas permasalahan-permasalahan yang
penting. Salah satu kesulitan menggunakan pendekatan ini pada siswa-siswa di Inggris
adalah ketika siswa-siswa tetap menggunakan strategi pembelajaran yang lama dan
tidak mau berpindah ke strategi pembelajaran
dan prosedur yang lebih baik. Padahal dibutuhkan proses belajar dan
mengajar dalam sebuah lintasan yang jelas. Melalui penelitian yang intensif,
ujicoba dan penilaian kembali bahan dan pendekatan, pendidik matematika di
Belanda telah mengembangkan berbagai cara untuk mendorong dan mendukung kemajuan matematika
para siswa. Sebagai contoh para siswa tetap tinggal dalam seluruh konteks dan
topik pada periode yang lebih lama pada saat dilakukan di Inggris.Selanjutnya BAB 2 TEORI PENDUKUNG