BAB I
KITA MASIH MEMILIKI MASALAH
Seorang matematikawan Amerika ternama,
mantan Presiden Komisi Internasional Pengajaran Matematika dan yang telah menulis dan berbicara secara luas dalam
beberapa tahun terakhir tentang pengajaran matematika untuk anak-anak, baru-baru ini mulai diundang oleh badan internasional lain (Whitney, 1985) sebagai berikut
:
Selama beberapa dekade kita telah melihat peningkatan kegagalan dalam pendidikan
matematika sekolah, terlepas dari upaya intensif dalam berbagai arah untuk
memperbaiki masalah. Ini sangat jelas
bahwa kita kehilangan sesuatu yang mendasar tentang proses pendidikan. Tapi
kami bahkan tidak tampak sungguh-sungguh tertarik dalam hal ini, kami mendorong
hanya kepada “keunggulan” tanpa memperhatikan penyebab kegagalan atau efek
samping dari intervensi, kami mencoba untuk menyembuhkan gejala di tempat untuk
menemukan penyakit yang mendasari, dan kami fokus pada berlalunya tes bukan
tujuan yang bermakna. (p. 123)
Masalah
yang sama juga terjadi di Inggris. Sejak awal tahun 1960an, telah ada usaha
yang intensif untuk meningkatkan pendidikan matematika di sekolah-sekolah, melalui kecerdasan, pekerja keras, dan orang-orang
pilihan yang dibiayai.Namun demikian, sebuah kelompok riset yang berbasis Universitas
London baru-baru ini melaporkan bahwa
banyak anak-anak masih memahami beberapa topik yang
paling penting dalam matematika tidak lebih baik setelah dua atau tiga tahun
sekolah menengah daripada ketika mereka masuk (Hart, 1981). Kita tidak hanya
gagal untuk mengajar anak-anak matematika, tapi kita mengajarkan banyak dari
mereka untuk tidak menyukai hal itu. Kekhawatiran ditingkat pemerintah tentang
keadaan pendidkan matematika disekolah kami pimpin pada tahun 1978 untuk
pembentukan komite penyidikan, yang pertemuan lanjutan selama tiga tahun. Tahap
pertama dari penyelidikan terdiri dari wawancara dengan orang-orang yang
dipilih untuk mewakili sampel bertingkat dari populasi. Salah satu hal yang
paling mencolok tentang masalah ini adalah orang-orang yang tidak menyetujui.
Kedua pendekatan langsung dan tidak langsung dicoba, kata “matematika” digantikan dengan “aritmatik” atau “sehari-hari
menggunakan angka” tetapi ada alasan penolakan masyarakat untuk diwawancarai
hanya bahwa subjek adalah matematika, setengah orang mendekati sebagai yang
sesuai untuk dimasukkan dalam sampel menolak untuk mengambil bagian.
(Cocksroft, 1982)
Seperti
yang telah dihasilkan, bagi mereka sepuluh tahun yang disebut matematika adalah
salah satu pendidikan di sekolah.
Masalah yang paling serius dalam pemdidikan matematika di negara kita
adalah bahwa putus sekolah dalam jumlah besar. Seseorang mengatakan bahwa 30%
siswa putus sekolah selama pendidikan dasar (SD), 50% selama pendidikan
menengah (SMP), dan 70% di sekolah menengah atas (SMA). (Hirabayashi, 1984, p.
i)
Jadi apa yang salah dalam gerakan reformasi selama dua
dekade ini? Kecuali kita dapat menemukan setidaknya sebagian jawaban untuk
pertanyaan ini, tidak ada alasan untuk menganggap bahwa upaya masa mendatang
akan lebih sukses dibandingkan masa lalu. Dan pengaruh bagi anak-anak bangsa
kita terlalu serius untuk diabaikan. Cukup untuk meningkatkan tekanan kepada
mereka hanya akan memperburuk keadaan.
Siswa-siswa ini tidak dapat memahami matematika sekolah, adalah penyebab
yang nyata jika mereka dituntut untuk melakukan jauh lebih banyak dari
pekerjaan yang sama. Ini akan membuang tenaga yang besar, dengan kecemasan
matematika besar, kedalam krisis yang parah. (Whitney, 1985, p. 123)
Jadi, dimana kita masih salah?
Saya tidak berfikir bahwa ada satu jawaban untuk masalah
ini, tidak satu orangpun yang tahu semua jawaban. Sebagai kontribusi saya
sendiri untuk maju, saya memiliki dua jawaban yang ditawarkan. Buku ini
berpusat pada salah satu dari masalah ini, dan pada akhir bab pendahuluan ini,
saya akan menunjukkan bagaiman arah yang harus kita tuju untuk mencari jawaban
lain.
Penulis datang untuk jawaban pertama, dengan jalan
panjang dan bundaran. Disini, beberapa paragraf yang bersifat otobiografi
diperlukan.
SEBUAH
PERJALANAN MENTAL MENGELILINGI DUNIA
Penyair Inggris John Benjeman suatu ketika berkata bahwa
jalan terbaik untuk menilai/mengapresiasi London adalah mengadakan perjalanan
keliling dunia, bermula di London dan berakhir di London. Perjalananku saat ini
telah telah berjalan lebih dari 30 tahun. Bermula dan kembali pada kelas
matematika. Tapi, sementara itu, perjalananku membawaku ke dalam area
perkembangan psikologi, motivasi, emosional manusia, sibernatika, perkembangan
dan kecerdasan manusia. Akhirnya, ini menunjukkanku untuk merumuskan ulang
konsep milikku tentang kecerdasan manusia, pada poin yang mana kutemukan
diriku, tanpa diduga-duga, kembali pada matematika lagi.
Perjalanan ini secara garis besar adalah sebuah
pertanyaan untuk penyelesaian dari dua permasalahan, satu profesi dan satu
teoritis. Permasalahan-permasalahan profesi timbul dari pekerjaanku sebagai
seorang guru, mencoba mengajar matematika dan fisika untuk anak-anak dari usia
11 ke atas. Melalui sebuah periode dari 5 tahun ini, aku menjadi bertambah
sadar bahwa aku tidak menjadi sesukses yang kuharapkan. Beberapa murid
melakukannya dengan baik, tetapi nampaknya yang lain mempunyai halangan pada
matematika (ilmu pasti). Halangan ini bukanlah kurangnya kecerdasan atau kerja
keras, disisi mereka atau disisiku. Jadi kita mempunyai sebuah masalah : sebuah
masalah tidak membatasi diriku sebagai seorang guru, tidak untuk anak-anak
istimewa ini sebagai murid. Masalah ini ada di akhir 1940an, sejak itu,
kesadaran tentang permasalahan ini menjadi menyebar luas.
Sebuah hasil dari masalah ini adalah bahwa saya menjadi
semakin tertarik pada psikologi, kembali ke universitas dan mengambil sebuah kuliyah
psikologi. Masalah-masalah pembelajaran
dan pengajaran adalah masalah-masalah psikologi, jadi ini sangat beralasan
untuk mengharapkan bahwa dengan mempelajari psikologi saya bisa menemukan
jawaban untuk masalah-masalah dalam profesi saya sebagai seorang guru.
Sayangnya tidak, Mempelajari teori pada waktu itu didominasi
oleh tingkah laku, teori-teori kecerdasan didominasi oleh psikometri. Kedua
teori ini tidak membantu apapun dalam penyelesaian masalah-masalah profesi
saya, sebagai seorang guru. Saya telah datang untuk merealisasikannya jauh
sebelum akhir dari gelar kuliyah saya, selama itu saya tetap mengajar paruh
waktu untuk mendukung kehidupan saya sendiri.
Jadi sekarang saya juga punya sebuah masalah teori,
dengan nama dan penemuan sebuah teori yang tepat untuk mempelajari matematika.
Ternyata hal itu menjadi pekerjaan yang saya lakukan sendiri, yang sebagian
mengapa butuh waktu begitu lama. Alasan lain yang disampaikan oleh lawakan
terkenal tentang seseorang yang bertanya cara untuk exville, dan berkata “jika
saya ingin mendapatkan exville, saya tidak bisa memulai dari sini”. Saya juga
memulai dari awal yang salah. Model-model tingkah laku sangat membantu dalam
memahami bentuk-bentuk dari pengajaran bahwa kita harus terbiasa dengan tikus
dan burung dara dalam laboratorium, dan itu jelas bahwa bagi kebanyakan anak,
kata “matematika” menjadi sebuah kondisi yang menstimulasi kecemasan. Tetapi
belajar matematika dengan pemahaman mencontohkan jenis pembelajaran dimana
manusia yang paling bawah berbeda dengan hewan yang lebih rendah, jadi kita
membutuhkan berbagai jenis model teoritis. Sebuah model psykometri mencoba
untuk memberitahu kami berapa banyak kecerdasan seseorang. Mereka tidak
memberitahu kami apa yang mereka memiliki, juga tidak berhubungan dengan proses
pembelajaran. Penggunaan kata benda disini cenderung menyesatkan, kecuali
diperluas. Hal ini membantu kami untuk membandingkan kata “memori”. Ketika kami
berbicara dengan seseorang dengan memori bagus, kami mengartikan bahwa orang
ini juga mampu mengambil informasi, mengaturnya, menyimpannya dan menggambil
dari toko memori yang besar itu hanya apa yang dia butuhkan pada waktyu
tertentu. Kita berbicara tentang sekelompok kemampuan mental, yang sangat berguna.
Jadi saya menyarankan bahwa kita harus berfikir tentang kecerdasan dengan cara
yang sama sebagai sekelompok kemampuan mental
secara kolektif.
Jika kita terus berjalan sepanjang garis pemikiran ini,
pertanyaan berikutnya yang muncul adalah apa yang fungsi kecerdasan manusia?
Jika kita dapat menjawab beberapa pertanyaan ini, kita akan berada dijalan
untuk menghubungkan kecerdasan dan pembelajaran.
MATEMATIKA DAN KECERDASAN MANUSIA
Dari
ketertarikan penulis untuk menemukan jawaban petanyaannya tadi, mendorongnya
untuk fokus mempelajari tentang psikologi pembelajaran matematika. Penulis juga
belajar tentang psikologi pembelajaran intelegensi (pembelajaran kecerdasan)
sehingga pada ahirnya dia menyadari bahwa matematika merupakan contoh jelas dan
sesuai dengan aktivitas intelegensi manusia. Tanpa disadari ketika mempelajari
matematika sebenarnya mempelajari penggunaan dari intelegensi.
Teori
pembelajaran matematika ini diharapkan dapat diperluas dan dikembangkan dalam
teori pembelajaran kecerdasan sehingga dapat diaplikasikan untuk semua mata
pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa matematika seharusnya tidak diajarkan secara buruk dengan pemahaman
yang rendah, tetapi harus diajarkan lebih jelas dan menarik.
Penulis
lebih intensif melakukan penelitian mulai tahun 1973 ketika penulis pindah dari
Universitas Manchester jurusan Psikologi ke Universitas Warwick jurusan
Pendidikan. Dan selama lima tahun bekerja disana, penulis mendapatkan sebuah
model baru dari intelegensi yang ditulisnya dalam sebuah buku tahun 1979.
Ketika
kembali ke London, akhirnya penulis memandang matematika dalam perspektif baru
yaitu:
a. Pertama,
matematika merupakan contoh yang tepat dari pemanfaatan intelegensi manusia
b. Kedua,
matematika merupakan alat mental yang paling kuat dan mampu beradaptasi dimana
intelegensi manusia digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup selama
berabad-abad.
Kemampuan
matematika ini dapat dianalogikan dengan kemampuan tangan kita untuk membuat peralatan
fisik. Kita dapat mengerjakan sesuatu dengan kedua tangan kita secara langsung.
Tetapi kita juga bisa menggunakan tangan kita untuk menciptakan berbagai macam
alat (obeng, palu, mesin bubut) yang semuanya adalah untuk mempermudah dan
memperlancar pekerjaan manusia. Hal ini memperjelas kemampuan yang hebat dari
kedua tangan kita.
Begitu
pula dengan matematika, dia merupakan alat yang digunakan untuk mengoptimalkan akal
kita sehingga dapat meningkatkan kemampuan cara berpikir. Oleh karena itu,
matematika adalah hal yang sangat penting di dunia saat ini dimana kemajuan
ilmu pengetahuan, teknologi tinggi dan perdagangan berkembang sangat pesat.
Jika pandangan ini benar maka dapat diprediksi bahwa
anak-anak tidak akan berhasil dalam mempelajari matematika kecuali jika
matematika diajarkan dengan cara melibatkan intelegensi mereka dalam
pembelajaran, bukan menggunakan cara hafalan. Intelegensi erat hubungannya
dengan IQ. Intelegensi hampir mirip dengan IQ. Kita kembali pada pertanyaan :
aktivitas-aktivitas apakah yang dapat meningkatkan intelegensi? Kita harus
dapat menjawab pertanyaan ini sebelum aktivitas pembelajaran dimulai.
Bab-bab selanjutnya dalam buku ini akan menjawab
pertanyaan diatas serta membahas tentang pemanfaatan intelegensi yang berkaitan
dengan pembelajaran matematika.
KONDISI
SEKOLAH
Sebelum mengakhiri bab ini, penulis juga menjelaskan ada hal lain yang perlu adanya perubahan selain jawaban yang sudah diungkapkan di atas. Selama delapan tahun penelitian yang telah dilakukan penulis untuk mengembangan metode-metode pengajaran dan materi-materi yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, penulis menjadi lebih menyadari akan pentingnya lingkungan sekolah dalam membantu proses pembelajaran. Di beberapa sekolah, metode ini dilaksanakan dan berjalan dengan baik. Tetapi di beberapa sekolah lain tidak dilaksanakan, atau jika dilaksanakan tidak mengakibatkan perubahan yang lebih baik. Terima kasih kepada sekolah-sekolah dalam kategori pertama, karena tanpa mereka saya akan menjadi sangat putus asa. Mengunjungi sekolah-sekolah ini, berbicara dan bekerja dengan guru serta anak-anak didik mereka, hal itu telah menjadi sumber intelektual dan kesenangan pribadi dan hadiah untuk penulis. Tetapi penulis merasa sedih karena di sekolah lain, tidak hanya materi matematikanya tetapi juga suasana mereka tidak membantu. Di sekolah ini ada kurikulum tersembunyi, yang menyenangkan dan guru bekerjasama untuk mengembangan pemikiran siswa itu sendiri. Ruang dan judul buku ini tidak memungkinkan penulis untuk mengembangkan tema ini lebih lanjut.
Penulis mengutip dua pendapat yang berbeda sebagai berikut:
"siswa di sekolah tinggi harus diberikan lebih banyak pekerjaan rumah dari sekarang," dan kemudian, "untuk siswa: anda kehilangan kesempatan untuk bekerja di perusahaan ketika anda tidak berusaha dengan baik dalam belajar "(Whitney, 1985. hal.123)
Sebaliknya :
Guru menghadapi dilema ketika mereka mencoba untuk meminta siswa mengerjakan pekerjaan sekolah yang tidak menarik. Siswa harus didorong untuk melakukan pekerjaan baik dengan janji imbalan atau dengan hukuman, dan dalam hal ini, mereka tidak fokus pada materi yang akan dipelajari. Dalam pengertian ini, pekerjaan ditafsirkan sebagai hal yang buruk atau sebuah rintangan yang menghalangi jalan untuk mendapat penghargaan atau hukuman. (Kurt Levin, McGraw-Hill, 1935). Ide-ide Piaget dan Levin telah membawa penulis untuk menyatakan masalah pokok pendidikan yaitu: Bagaimana kita dapat menginstruksikan, tatapi siswa tetap mengembangkan pemikiran mereka sendiri (Lawler, 1982, hal.138)
IKHTISAR
Pada bab-bab selanjutnya dalam buku ini, menjelaskan tentang intelegensi
manusia dan pembelajaran matematika. Bagian A, Bab 2 sampai 7, berisi materi
yang sama seperti pada buku edisi asli terbitan Penguin tahun 1971. Sejak pertama kali muncul , telah ada peningkatan
jumlah kerja yang berharga di bidang ini. Sebagian besar
terinspirasi oleh karya perintis dari Piaget, jika saja penulis mulai sekarang dari awal, tentu saja akan banyak referensi
untuk pekerjaan ini . Hasilnya akan keluar buku yang
berbeda, dengan survey yang lebih
alami. Dan sudah ada buku yang di cetak, dengan melakukan pekerjaan yang berbeda dari buku ini dengan baik. Karena tidak ada pemikiran yang berberbeda dalam bab-bab awal, akan lebih baik jika tidak
mengambil risiko dengan mengubah sesuatu yang masih diterima dengan baik dalam tujuh bahasa , tetapi untuk menambahkan sekuel. Ini
merupakan bagian B
Urutan yang terdapat pada bab ini adalah salah
satu urutan yang baik untuk dibaca. Bagaimanapun juga, sebagai materi yang baru
pada bab 12 memberikan permulaan perkenalan yang bagus. Sejak kemunculan
pertamanya pada jurnal “Mathematich Teaching”, materi itu telah dibaca oleh
banyak orang dibandingkan dengan hasil karya penulis yang lain. Dan itu sesuai
dengan keinginan orang banyak. Keseluruhan teori yang mendasari ide ini akan
dipahami nanti, ketika kembali ke bab ini dengan urutan tertentu. Urutan lain yang
juga baik adalah membaca bab 8 dulu dan kemudian chapter sebelumnya. Urutan
tersebut akan menuntun pembaca untuk melihat dimana penulis menjadi sesuatu
yang lebih baik.